Pengertian Haji Mabrur dan Ciri-cirinya
Suasana di Baitullah. Foto: medsos |
Oleh Tgk H. Muhammad Iqbal Jalil
Dosen Ma'had Aly Mudi Mesra Samalanga
Apa itu Haji Mabrur?
Haji mabrur, adalah istilah yang sering kita dengar dalam
pembicaraan terkait ibadah haji.
"Semoga mendapatkan haji yang mabrur!", begitu
kira-kira bunyi doa dari orang yang mengunjungi calon jamaah haji.
Semua jamaah haji juga menginginkan untuk mendapatkan fadhilah dan
keutamaan haji mabrur ini.
Rasulullah Saw bersabda;
العمرة إلى العمرة كفارة لما بينهما والحج المبرور ليس له جزاء إلا
الجنة
Artinya: "Satu umrah ke umrah berikutnya adalah penebus dosa
diantara keduanya. Haji mabrur tiada lain balasannya kecuali syurga."
Lalu pertanyaannya, apa yang dimaksud dengan haji mabrur?
Bagaimana ciri-cirinya?
Dalam kitab Al-Idhah fi Manasik al-Hajj, Imam Nawawi menjelaskan :
والأصح أن المبرور هو الذى لا يخالطه مأثم؛
وقيل: هو المقبول. ومن علامات القبول، أن يرجع خيراً مما كان، ولا
يعاود المعاصي
Menurut pendapat Ashah (pendapat yang kuat); Haji mabrur adalah
haji yang tidak bercampur sedikit pun dengan dosa. Sedangkan menurut pendapat
lemah; Haji mabrur adalah haji yang diterima, yang diantara tanda-tandanya
adalah ketika pulang dari haji lebih baik dari keadaan sebelumnya dan tidak
terbiasa dalam maksiat.
Kalau merujuk kepada pendapat Ashah, syarat haji mabrur ini sangat
berat.
Dalam meng-hasyiahi kitab al-Idhah, Ibnu Hajar al-Haitami
menjelaskan bahwa untuk mendapatkan haji mabrur berdasarkan pendapat ini adalah
tidak boleh melakukan dosa sedikit pun termasuk dosa kecil, bahkan sekalipun
dosa itu langsung dibarengi taubat seketika.
Hal ini dikarenakan pengaruh dari taubat hanya pada menggugurkan
dosa, bukan dalam hal menggapai pahala dengan sifat yang sempurna.
Kewajiban untuk menjaga diri agar tidak terkontaminasi dengan dosa
demi menggapai haji mabrur dimulai ketika mulai masuk dalam Ihram haji
(biasanya pada sore hari 8 Dzulhijjah bagi jamaah yang mengambil haji tamattu')
sampai menyelesaikan tahallul tsani atau dengan kata lain sampai tuntas menunaikan
rukun haji.
Maka karena itu, jamaah haji perlu selalu membangun kesadaran
bahwa perjalanannya ke tanah suci adalah perjalanan mulia.
Belasan tahun sudah mengantri dan ditambah lagi dengan jeda
pandemi, telah cukup menjadi alasan kenapa dalam pelaksanaan ibadah haji harus
selalu mengingatkan diri sendiri untuk tahan marah, tahan emosi dan tahan apa
pun yang menjadi penyebab munculnya dosa.
Ada kemungkinan tahun ini haji akbar. Maka biasanya tantangan para
jamaah makin banyak. Jamaah haji harus sudah siap dengan segala kondisi, macet
yang sudah pasti, pembagian makanan yang mungkin terlambat atau kadang sopir
bus yang salah alamat hingga membuat jamaah tertahan lama dalam bus dan
terlambat sampai di tujuan.
Dalam kondisi seperti ini, jika tidak sadar akan tujuan mulia ke
tanah suci, bacaan talbiyah bisa jadi akan berganti dengan cercaan dan makian.
Oleh karena itu, dalam setiap saat dan kondisi, jamaah haji harus
selalu mengingatkan diri sendiri, untuk apa saya ke Baitullah? Apa yang saya
cari di tanah suci?
Perlu diingat, bahwa kesempatan melaksanakan ibadah haji adalah
kesempatan yang istimewa. Dengan daftar tunggu yang panjang seperti sekarang
ini, punya uang belum menjamin bisa sampai ke tanah suci.
Maka anggaplah bahwa kesempatan haji yang dilaksanakan adalah
kesempatan terakhir yang tidak boleh disia-siakan, meskipun dalam doa tidak
salah meminta agar disempatkan kembali berhaji di lain waktu.
Selamat menunaikan ibadah haji bagi para jamaah tahun ini. Semoga
mendapatkan haji yang mabrur!!!
Posting Komentar untuk "Pengertian Haji Mabrur dan Ciri-cirinya"