Inmemorial Mahdi Idris, Sang Permata Sastra Aceh yang Baru Saja Berpulang
Mahdi Idris. Foto dok penulis. |
Oleh Hamdani Mulya
Guru SMAN 1 Lhokseumawe, Penulis esai, dan pengamat
sastra
Tgk. Mahdi Idris,
SH.I., M.Sos.
Lahir : Keureutou, Aceh Utara 3 Mai 1979
Wafat : RSUD Cut Nyak Meutia, Lhokseumawe 22 Juni 2022
(1979-2022)
Selamat jalan ke kampung abadi guru kami Tgk. Mahdi Idris. Bakti
dan karyamu selalu dikenang dalam setiap jendela jiwa para sahabat dan
muridnmu. Buku yang engkau tulis akan selalu mengalir dalam setiap batin
pembaca setia mengeja cintamu.
Mahdi Idris seorang guru yang bersahaja. Lahir di Desa Keureutou,
Kec. Lapang, Kab. Aceh Utara, 3 Mai 1979. Mahdi Idris merupakan sosok teungku
(ustaz) yang berlatar belakang pendidikan dayah (pesantren).
Telah menjadi ikon dan spirit bagi penulis Aceh bahwa kalangan
santri dan dai pun mampu menulis karya sastra serupa cerpen dan puisi. Hal itu
mengingatkan kita akan sejarah ulama nusantara tempo dulu bahwa betapa eloknya
karya para penulis yang lahir dari lingkungan pesantren seperti Ali Hasjmy.
Yang menulis berbagai jenis karya sastra yang lezat untuk dibaca.
Dengan kehadiran guru Mahdi Idris di kancah sastra tanah air
tentunya geliat menulis untuk kalangan orang pesantren kembali berdenyut.
Mahdi Idris dengan Penulis (Hamdani) dalam suatu kesempatan. |
Guru Mahdi yang akrab disapa Teungku Mahdi oleh para
sahabatnya merupakan pembuka jalan bagi kalangan santri, tentunya jalan untuk
menuju ke arah kebangkitan menulis sebagai tradisi intelektual muslim.
Jalan yang mungkin juga sudah lama ditumbuhi rumput atau belukar
yang menutup ruang ke jalan sastra, kini di buka kembali oleh guru Mahdi Idris.
Mahdi Idris mengawali pendidikan di pondok Pesantren Modern
Al-Muslim Lhoksukon dari tahun 1992 sampai 1996. Kemudian melanjutkan
pendidikannya di Pesantren Nurul Yaqin Al-Aziziyah Aceh Pidie selama setahun.
Pada tahun 1998 meneruskan perantauannya ke Aceh Barat Daya,
tepatnya di Pesantren Raudhatul Ulum Alue Pisang, Kec. Kuala Batee. Pada tahun
2001 kembali ke kampung halaman, dan mengajar di Pesantren Nurul Huda Trieng
Pantang, Kec. Lhoksukon, Aceh Utara sampai Juni 2003.
Mahdi Idris, pria yang lues dalam bergaul ini adalah Sarjana
lulusan Fakultas Syariah, Jurusan Muamalat pada STIS Jamiatut Tarbiyah
Lhoksukon, Aceh Utara ini mengawali karier bidang menulis sejak bergabung dengan
Forum Lingkar Pena (FLP) Lhokseumawe pada awal 2009.
Guru Mahdi bisa dikatakan sebagai penyemangat menulis
bagi kalangan santri, siswa madrasah, dan guru pesantren untuk mengulang
kegemilangan Aceh dalam buku sejarah dan sastra yang digores dengan tinta emas.
Guru Mahdi juga salah seorang guru yang pernah
mengajar di Pesantren Terpadu Ruhul Islam Tanah Luas, SMAN 1 Matang Kuli, dan
dosen STIA Jamiatut Tarbiyah Lhoksukon, Aceh Utara.
Ia sangat peka terhadap permasalahan sosial dan kearifan lokal
Aceh. Lalu ia menuangkannya ide-ide tersebut dalam cerpen dan puisi yang
ditulisnya.
"Potret kehidupan Aceh dalam buku kumpulan fc cerpen ini
begitu terasa, dan sebagai putra Aceh, Mahdi berhasil memotret realita
kehidupan kampung halamannya dalam sebuah cerita. Begitu mengena dan penuh
nuansa," ungkap Ayi Jufridar, Jurnalis dan Sastrawan mengomentari buku
Lelaki Bermata Kabut yang diterbitkan oleh Cipta Media tahun 2011.
Lelaki Bermata Kabut adalah salah satu buku karya
Mahdi Idris berupa kumpulan cerpen karya sastrawan muda asal Aceh yang juga
seorang guru.
Eksitensi Mahdi Idris dalam berkarya memang tidak
berhenti dalam sebuah cerpen, ia juga menulis puisi, resensi, dan ulasan
sastra.
Sebagai seorang guru ia juga mengajar dengan buku melalui karya
yang ditulisnya, Mahdi mengajar dan berdakwah melalui media. Cara yang ia
tempuh adalah dengan menulis. Ini sangat menggembirakan, mengingat gairah
perkembangan sastra di Aceh semakin pesat dengan lahir para penulis muda yang
mencoba menunjukkan eksitensinya, Mahdi adalah salah satunya.
"Menarik, ringan serta khas. Antologi cerpen sang guru Mahdi
Idris mengajak saya dalam banyak hal dalam kisahnya. Kekhasan Aceh yang
mengental, kritik sosial yang ringan serta tidak menggurui, membuat saya kagum
dengan penulis guru ini...." demikianlah komentar R.H.Fitriadi, penulis
novel asal Aceh menilai buku berjudul Jawai karya Mahdi Idris, buku yang layak
dibaca oleh semua kalangan.
Salah satu ungkapan duka di medsos atas meninggalnya Mahdi Idris. |
Mahdi Idris telah melahirkan beberapa buku hasil goresan penanya
berupa kumpulan cerpen tunggalnya yang telah terbit: Lelaki Bermata Kabut
(Cipta Media, 2011), Sang Pendoa (Yayasan Pintar, 2013), dan kumpulan puisi
Lagu di Persimpangan Jalan ( Yayasan Pintar, 2013).
Selain itu, karya Mahdi Idris dimuat di berbagai buku
antologi puisi bersama sastrawan nasional lainnya. Karya Mahdi tersebar dimuat
diberbagai surat kabar dan majah seperti: Harian Aceh, Serambi Indonesia, Aceh
Independent, Aceh Post, Rakyat Aceh, majalah Potret, Assifa, Joe Fiksi, tabloid
Narit, Waspada, Jurnal Seni Kuflet, Lintas Gayo, Metronews Jakarta, Pikiran
Merdeka, Suara Pembaruan, Jurnal Nasional, dan lain-lain.
Mahdi juga aktif sebagai pengurus Mahkamah Adat Aceh (MAA) Kab.
Aceh Utara dan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kab. Aceh Utara. Beliau
sering menjadi juri lomba menulis dan membaca karya sastra di Aceh Utara dan
Lhokseumawe. Serta menjadi khatib Jum'at di masjid.
Pada tahun 2011 Pak Mahdi meraih juara II sayembara
penulisan buku pengayaan Puskurbuk Kemendikbud dengan judul naskah manuskrip
Nyanyian Rimba, dikalangan pihak Kemendikbud Mahdi Idris dipanggil dengan
sebutan Pak Aceh, satu-satunya guru dari seluruh Indonesia yang menghadap
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan memakai peci dan memakai baju muslim untuk
mengambil hadiah, sertifikat, dan tropi penghargaan bagi penulis Mahdi Idris.
Kita berharap guru Mahdi Idris dapat menggantikan
almarhum Ali Hasjmy ulama sekaligus sastrawan besar Indonesia asal Aceh, Bapak
Bahasa dan Sastra Asia Tenggara.
Menurut hemat penulis bisa dikatakan Mahdi Idris nantinya akan
seperti Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (HAMKA) ulama yang sastrawan
nasional asal Padang, Sumatera Barat, bagi orang Aceh.
Sosok dan pemikiran HAMKA sebagian ada pada jati diri Mahdi Idris.
Jadi bisa dikatakan bahwa Mahdi Idris adalah HAMKA-nya orang Aceh.
SELAMAT JALAN SANG SASTRAWAN ACEH, MAHDI IDRIS!!
Sumbok Rayeuk, Nibong, Aceh Utara, 22 Juni 2022
Posting Komentar untuk " Inmemorial Mahdi Idris, Sang Permata Sastra Aceh yang Baru Saja Berpulang "