Sejarah Islam Masuk ke Indonesia, Dari Teori Arab Sampai Teori India
Ilustrasi masuknya Islam ke nusantara. Foto : internet |
Suara
Darussalam - Sejak awal abad
masehi telah ada
rute-rute pelayaran dan
perda-gangan antar pulau
atau antar daerah.
Kawasan timur yang
meliputi kepulauan India Timur
dan Pesisir Selatan
Cina sudah memiliki
hubu-ngan dengan dunia Arab melaluia perdagangan.
Pedagang
Arab datang ke Nusantara melalui jalur
laut dengan rute dari
Aden menyisir pantai
menuju Maskat, Raisut, Siraf, Guadar, Daibul, Pantai Malabar yang
meliputiGujarat, Keras, Quilon,
dan Kalicut kemudian
menyisir pantai Karamandel seperti
Saptagram ke Chitagong
(pelabuhan terbesar di Bangladesh), Akyab
(sekarang wilayah Myanmar),
Selat Malaka, Peureulak (Aceh
Timur), Lamno (pantai
barat Aceh), Barus,
Padang,Banten, Cirebon, Demak,
Jepara, Tuban, Gresik,
Ampel, Makasar, Ternate, dan
Tidore.
Barang dagangan
yang populer adalah
nekara perunggu (dari Vietnam). Nekara
ini tersebar hingga
ke seluruh pelosok
nusantara. Perdagangan nekara
ini bersumber dari
berita Cina pada
awal abad masehi yang
menyebut Sumatera, Jawa,
serta Kalimantan. Dan
yang terpenting adalah Maluku
merupakanwilayah yang menarik
bagi para pedagang. Maluku merupakan
penghasil rempah-rempah yakni
pala dan cengkeh.
Dalam proses
penjualan rempah-rempah tersebut
dibawa ke pulau
Jawa dan Sumatera. Kemudian
dipasarkan kepada pedagang
asing dan dibawa ke negeri asalnya.6Selanjutnya ialah
kapur barus menjadi
dagangan yang terkenal. Hal
ini bersumber dari
India kuno bahwa
semenjak permulaan abad
ma-sehi sampai abad ke-7 Masehi
terdapat pelabuhan yang sering disinggahi oleh pedagang
asing antara lain
Lamuri (Aceh), Barus
dan Palembang.
Sedangkan di Pulau Jawa
antara lain Sunda
Kelapa dan Gresik.
Sejak tahun 674 M telah ada kolonial Arab dibagian barat Pulau Sumatera.
Ini merupakan berita dari
Cina yang menyebutkan
bahwa terdapat seorang Arab
yang menjadi pemimpin
dikoloni bangsa Arab
di pantai barat Sumatera. Besar kemungkinan pantai
barat Sumatera tersebut ialah Barus yang menghasilkan kapur Barus.
Dari uraian
di atas dapat
diperkirakan bahwa Islam
sudah masuk ke Nusantara
sejak awal abad
Hijriah. Meskipun sifatnya masih dianut oleh bangsa asing dan belum ada
pengakuan dari pribumi yang beragama Islam.
Jelaslah sejarah bagaimana
Islam datang ke
Indonesia akan tetapi yang menjadi pertanyaan diatas ialah
kepastian asal kedatangan,
pemba-wanya, tempat yang didatangi, waktu, dan bukti sejarah. Perbedaan
sudut pandang dan bukti-bukti
tersebut menyebabkan beragamnya
teori-teori masuknya Islam ke
Indonesia. Berdasarkan tempat
terdapat lima teori tentang masuknya Islam ke Nusantara,
sebagaimana uraian berikut.
Pertama, teoriArab. Teori ini
menyatakan bahwa Islam
dibawa dan disebarkan ke Nusantara langsung dari Arab pada abad ke-7/8M,
saat Kerajaan Sriwijaya mengembangkan
kekuasaannya. Tokoh-tokoh teori ini
adalah Crawfurd, Keijzer,
Niemann, de Hollander,
Hasymi, Hamka, Al-Attas, Djajadiningrat, dan
Mukti Ali. Bukti-bukti
sejarah teori ini sangat kuat. Pada abad ke-7/8M, selat
Malaka sudah ramai dilintasi para pedagang
muslim dalam pelayaran
dagang mereka ke
negeri-negeri Asia Tenggara dan
Asia Timur.
Berdasarkan berita
CinaZaman Tang pada abad
tersebut, masyarakat muslim
sudah ada di
Kanfu (Kanton) dan Sumatera.
Ada yang berpendapat
mereka adalah utusan-utusan Bani Umayah yang
bertujuan penjajagan perdagangan.
Demikian juga Hamka yang berpendapat bahwa Islam masuk ke
Indonesia tahun 674 M. Berda-sarkan
Catatan Tiongkok, saat
itu datang seorang
utusan raja Arab
ber-nama Ta Cheh
atau Ta Shih
(kemungkinan Muawiyah bin
Abu Sufyan) ke Kerajaan
Ho Ling (Kalingga) di
Jawa yang diperintah
oleh Ratu Shima. Ta-Shih juga
ditemukan dari berita Jepang yang ditulis tahun 748 M.
Diceritakan
pada masa itu terdapat kapal-kapal Po-sse dan Ta-Shih K-Uo. Menurut
Rose Di Meglio,
istilah Po-sse menunjukan
jenis bahasa Melayu sedangkan
Ta-Shih hanya menunjukan
orang-orang Arab dan Persia bukan Muslim India. Juneid
Parinduri kemudian memperkuat lagi, pada 670 M, di Barus Tapanuli ditemukan
sebuah makam bertuliskan Ha-Mim.
Semua fakta
tersebut tidaklah mengherankan
mengingat bahwa pada abad
ke-7, Asia Tenggara
memang merupakan lalu
lintas perda-gangan dan interaksi
politik antara tiga
kekuasaan besar, yaitu
Cina dibawah Dinasti
Tang (618-907), Kerajaan
Sriwijaya (abad ke-7-14),
dan Dinasti Umayyah (660-749).8Dari
uraian diatas dapat
dipastikan bahwa bangsa
Arab berperan penting dalam
perdagangan. Dantelah ditemukan
bukti-bukti yang me-nunjukan bahwa telah terjadi interaksi
perdagangan antara Cina, Arab dan Nusantara.
Sehingga Islam sudah
mulai masuk ke
dalam kepulauan Nusantara.
Kedua, teori Cina. Dalam teori ini menjelaskan bahwa etnis
Cina Muslim sangat berperan dalam proses penyebaran agama Islam di Nusan-tara.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada teori Arab, hubungan Arab Muslim
dan Cina sudah terjadi pada Abad pertama Hijriah.
Dengan
demikian, Islam datang
dari arah barat
ke Nusantara dan
ke Cina berba-rengan
dalam satu jalur
perdagangan. Islam datang ke
Cina di Canton (Guangzhou) pada
masa pemerintahan Tai Tsung (627-650)
dari Dinasti Tang, dan
datang ke Nusantara
di Sumatera pada
masa kekuasaan Sriwijaya, dan
datang ke pulau Jawa tahun674 M berdasarkan kedatang-an utusan raja Arab
bernama Ta cheh/Ta shi ke kerajaan Kalingga yang di perintah oleh Ratu Sima.
Dari
uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Islam datang ke Nusantara
berbarengan dengan Cina.
Akan tetapi teori
diatas tidak menjelaskan tentang
awal masuknya Islam,
melainkan peranan Cina
da-lam pemberitaan sehingga
dapat ditemukan bukti-bukti
bahwa Islam da-tang ke Nusantara pada awal abad Hijriah.
Ketiga, teori Persia. Berbeda dengan teori sebelumnya teori Persia lebih merujuk kepada aspek bahasa yang menunjukan bahwa Islam telah masuk ke Nusantara dan bahasanya telah diserap. Seperti kata „Abdas‟ yang dipakai oleh masyarakat Sunda merupakan serapan dari Persia yang artinya wudhu.
Bukti lain pengaruh
bahasa Persia adalah
bahasa Arab yang
di-gunakan masyarakat Nusantara,
seperti kata-kata yang
berakhiran ta’marbūthahapabila
dalam keadaan wakaf
dibaca “h” seperti shalātundibaca shalah. Namun dalam
bahasa Nusantara dibaca salat, zakat, tobat,
dan lain-lain.
Keempat, teori India. Teori
ini menyatakan Islam
datang ke Nusantara bukan
langsung dari Arab
melainkan melalui India
pada abad ke-13. Dalam
teori ini disebut
lima tempat asal
Islam di India
yaitu Gujarat, Cambay, Malabar,
Coromandel, dan Bengal.11Teori India
yang menjelaskan Islam berasal
dari Gujarat terbukti
mempunyai kelemahan-kelemahan.
Hal ini
dibuktikan oleh G.E. Marrison
dengan argumennya “Meskipun batu-batu
nisan yang ditemukan
ditempat-tempat tertentu di Nusantara
boleh jadi berasal
dari Gujarat atau
Bengal, seperti yang dikatakan Fatimi.
Itu tidak lantas
berarti Islam juga
didatangkan dari sana”. Marrison
mematahkan teori ini dengan menuujuk pada kenyataan bahwa ketika
masa Islamisasi Samudera Pasai,
yang raja pertamanyawafat pada
698 H/1297 M,
Gujarat masih merupakan Kerajaan
Hindu.Barulah setahun kemudian
Gujarat ditaklukan oleh
kekuasaan muslim.
Jika
Gujarat adalah pusat Islam, pastilah telah mapan dan berkembang di Gujarat
sebelum kematian Malikush Shaleh. Dari teori yang dikemukakan oleh G.E.
Marrison bahwa Islam
Nusantara bukan berasal dari
Gujarat melainkan dibawa para
penyebar muslim dari
pantai Koromandel pada akhir abad XIII.
Teoriyang
dikemukakan Marrison kelihatan mendukung pendapat yang dipegangT.W. Arnold.
Menulis jauh sebelum Marrison, Arnold ber-pendapat bahwa Islam dibawa ke
Nusantara, antara lain dari Koromandel dan
Malabar. Ia menyokong
teori ini dengan
menunjuk pada persamaan mazhab fiqhdi
antara kedua wilayah
tersebut.
Mayoritas muslim
di Nusantara adalah pengikut Mazhab Syafi‟i, yang juga cukup dominan di
wilayah Koromandel dan
Malabar, seperti disaksikan
oleh Ibnu Batutah (1304-1377), pengembara
dari Maroko, ketika
ia mengunjungi kawasan ini. Menurut Arnold, para pedagang
dari Koromandel dan Malabar mem-punyai
peranan penting dalam
perdagangan antara India
dan Nusantara.
Sejumlah besar
pedagang ini mendatangi
pelabuhan-pelabuhan dagang dunia
Nusantara-Melayu, mereka ternyata tidak hanya terlibat dalam per-dagangan,
tetapi juga dalam penyebaran Islam.12Kelima, teori Turki. Teori ini
diajukan oleh Martin
Van Bruinessen yang dikutip
dalam Moeflich Hasbullah.
Ia menjelaskan
bah-wa selain orang Arab
dan Cina, Indonesia
juga diislamkan oleh
orang-orang Kurdi dari
Turki. Iamencatat sejumlah
data. Pertama, banyaknya
ulama Kurdi yang
berperan mengajarkan Islam
di Indonesia dan
kitab-kitab karangan ulama Kurdi
menjadi sumber-sumber yang
berpengaruh luas. Misalkan, Kitab Tanwīr
al-Qulūbkarangan Muhammad Amin al-Kurdi
populer dikalangan tarekat
Naqsyabandi di Indonesia.
Kedua, di antara ulama di Madinah yang mengajari ulama-ulama Indonesia terekat Syattariyah yang kemudian dibawa ke Nusantara adalah Ibrahim al-Kurani. Ibrahim al-Kurani yang kebanyakan muridnya orang Indonesia adalah ulama Kurdi. Ketiga, tradisi barzanji populer di Indonesia dibaca-kan setiap Maulid Nabi pada 12 Rabi‟ul Awal, saat akikah, syukuran, dan tradisi-tradisi lainnya.
Menurut Bruinessen,barzanji merupakan
nama keluarga berpengaruh dan
syeikh tarekat di Kurdistan. Keempat, Kurdi merupakan istilah
nama yang populer di
Indonesia seperti Haji
Kurdi, jalan Kurdi, gang
Kurdi, dan seterusnya.
Dari fakta-fakta
tersebut dapat disimpulkan bahwa
orang-orang Kurdi berperan dalam
penyebaran Islam di
Indonesia.Dari teori-teori tersebut tampak
sekali bahwa fakta-fakta
Islami-sasi diuraikan dengan
tidak membedakan antara
awal masuk dan
masa perkembangan atau awal
masuk dan pengaruh
kemudian.
Kedatangan Islam ke Nusantara telah melalui beberapa tahapan dari individualis,kelompok, masyarakat, negara kerajaan, sampai membentuk mayoritas.Teori Persia, India, Cina, dan Turki semuanya menjelaskan ten-tang pengaruh-pengaruh setelah banyak komunitas dan masyarakat mus-limdi Nusantara.
Jadi, sebenarnya teori tersebut tidak menggugurkan
atau melemahkanteori sebelumnya,tetapi melengkapi proses Islamisasi. [Sumber:
Tulisan Achmad Syafrizal dalam Jurnal Islamuna Volume 2 Nomor 2 Desember2015]
Posting Komentar untuk "Sejarah Islam Masuk ke Indonesia, Dari Teori Arab Sampai Teori India"