Profil Waled Sirajuddin Hanafi Ketua Tastafi Aceh Utara
Suara Darussalam - Pimpinan Dayah Babussalam Al-Hanafiyyah Aceh Utara, Waled H. Sirajuddin Hanafi kembali diamanahkan menjadi Ketua Majelis Pengajian dan Zikir Tastafi (Tasawuf, Tauhid, Fiqh) untuk periode kedua Tahun 2021-2026 pada Hari Kamis (28/10/2021) lalu.
Waled Sirajuddin kembali didampingi oleh Tgk. Zulfadhli Ismail, S.Pd.I atau yang lebih dikenal Waled Landeng sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjend).
Informasi yang dikutip dari portal juangnews.com, para peserta yang hadir sepakat secara aklamasi memberikan amanah dan kepercayaan kembali kepada Ketua dan Sekjend sebelumnya. Hal ini tercermin dari kiprah Tastafi di Aceh Utara periode sebelumnya yang terus berkembang dengan lahirnya Pengurus Tastafi Kecamatan, pengajian bulanan maupun kegiatan sosial keagamaan di Aceh Utara.
Penetapan Ketua dan Sekjend Tastafi Aceh Utara berlangsung di Dayah Keumaral Al-Aziziyah Landeng yang dihadiri Ketua Tastafi Pusat Tgk. Muhammad Amin Daud (Ayah Cot Trueng) beserta Abi H. Muhammad Jafar (Abi Jafar) Lueng Angen, Abi H. Ibnu Sa'dan Ketua HUDA Aceh Utara, Abon Buni, Abu Cut Dayah Lueng Angen, Ayah H. Ibnu Hajar Dayah Malikussaleh Panton Labu, 80 ulama Aceh Utara serta perwakilan Tastafi Lhokseumawe dan perwakilan Tastafi Kecamatan di Aceh Utara.
Ketua Tastafi Pusat Ayah Cot Trueng dalam sambutannya menyampaikan, semoga Ketua dan Sekjend Tastafi Aceh Utara terpilih dapat menjalankan amanah sebaik mungkin. Dan berharap Tastafi Aceh Utara dapat menjadi garda terdepan dalam mempelajari kajian dan keagamaan yang berkaitan dengan ilmu Tasawuf, Tauhiq dan Fiqih. [Juang News]
Sosok Waled Sirajuddin Hanafi
| Cahayanya Makin Bersinar |
Oleh: Tgk Max Al Fathany
Sosok yang berada di tengah yang diapit oleh dua zuriyyat Rasulullah ini adalah Pimpinan Dayah Babussalam Al-hanafiyyah Matangkuli. Kita mengenalnya dengan sebutan Waled.
Waled Babussalam, atau Waled Sirajuddin, begitu beliau akrap disapa. Sirajuddin bin Hanafi bin Syubramah adalah nama lengkap seorang ulama karismatik di wilayah Aceh Utara ini.
Tentang sosok dan kepribadian Waled memang tidak banyak dikenal. Ya, karena beliau merupakan ulama yang sangat tawadhu dan tidak menyukai syuhrah.
Namun, beliau adalah sosok yang mempunyai pemikiran brilian. Sosok yang tidak banyak bicara, namun murah senyum. Sosok yang merangkul dan menyayangi.
Siapa pun yang berkunjung kepadanya merasakan hal itu. Lewat media ini, saya ingin berbagi sedikit tentang Waled. Meskipun saya tahu, yang lebih berhak menulis tentangnya adalah mereka Babussalamiyyun, murid-murid Waled di Babussalam.
Namun, Waled sebagai seorang guru saya, meskipun hanya guru tabarrukan, apa salahnya saya menulis sedikit tentang beliau. Ya, saya tidak mengaji kepada Waled dengan kajian dirayah. Secara riwayah saya mengaji dengannya. Saya berharap, Waled juga menganggap dan menghitung al-Faqir ini satu dari sekian ribu muridnya.
Saya tidak tahu, apakah tentang Waled sudah ditulis atau belum.
Saya berharap, santri Babussalam sudah saatnya menulis manaqib Waled.
Menyebarkan tulisan itu, agar ummat lebih mengenal sosok mana yang patut
dijadikan panutan.
Al-Faqir pernah duduk diskusi dengan Waled ketika berkunjung ke rumahnya.
Dari situ al-Faqir kagum dengan cara berpikir beliau. Pemikiran beliau sangat kental dengan kedayahan, namun beliau juga sangat paham mengaplikasikan keilmuan dayah untuk disesuaikan dengan zaman ini. Artinya, cara berpikir Waled tidak terkekang dengan teks kitab.
Beliau mampu melihat kondisi kekinian dan memberi jawaban sesuai dengan nash turats. Ini bermakna, Waled adalah sosok yang pakar usul fiqih. Dalam usul fiqih tentang ini kita mengenal dengan istilah tahqiq manath.
Ya, kepakaran Waled tentang itu tentunya tidak terlepas dari pengaruh Gurunya, Abu Tanoh Mirah. Sosok Abu Tanoh Mirah memang terkenal sebagai pakar usul fiqh. Dan cerita tentang beliau sudah masyhur di kalangan santri Aceh. Hingga, banyak murid Abu Tanoh Mirah yang juga pakar di bidang itu. Di antaranya al-maghfur lahuma Abu Keunire dan Abati Babah Buloh.
Kembali ke Waled. Sosok beliau yang seperti kita kenal ini sangat dipengaruhi oleh dua sanad keilmuannya; Ayahnya, Abu Matang Keh dan Gurunya, Abu Tanoh Mirah. Kedua gurunya itu adalah ashabul wujuh Abuya Muda Wali. Maka, sanad keilmuan Waled tidak diragukan lagi. Melalui jalur Abuya terus bersambung hingga ke Rasulullah.
Tentang sosok Ayah dan Gurunya akan kami tulis di kesempatan lain. Waled pernah bercerita tentang kedua orang itu kepada kami. Ya, saat saya mendampingi dua zuriyyat Rasulullah ziarah ke Waled, yaitu Habib Umar bin Idrus al-Khird dan Habib Ali bin Hasan al-Athas. Banyak juga motivasi belajar yang kami dapatkan dari Waled.
Waled adalah sosok Murabbi dan ad-Da'i ilaLlah. Hatinya terus terikat dengan murid-muridnya. Dalam pikiran beliau hanya ada kata: muridku...muridku... dan muridku.
Diceritakan, pernah ketika Waled berada di luar Aceh, beliau menelpon ke pihak dayah hanya untuk memastikan bagaimana kondisi para santri, apakah mereka semua baik-baik saja. Dan menanyakan apakah mereka solat jamaah semuanya? Oh Waled-ku, betapa engkau adalah sosok yang mewarisi cahaya nubuwwah. Mendidik para murid dengan nur nubuwwah itu.
Kawan, para ulama, guru-guru kita adalah pantulan cahaya nabawi. Mereka yang pernah diterangi oleh cahaya itu pasti tau bagaimana semestinya berinteraksi positif dengan Tuhan dan makhlukNya dalam segala urusan hidup secara dhahir dan bathin.
Mereka yang tersinari oleh cahaya nabawi, usianya pasti terwaqaf penuh dalam kondisi yang selalu positif nan saleh. Mereka adalah orang-orang yang senang dan menikmati beramal baik.
Maka tak heran, dalam hati Waled tertanam sikap tawadhu yang tak pernah merasa tinggi walau di posisi tinggi sekali pun. Ini terlihat jelas dari keseharian Waled yang sederhana.
Dan dikisahkan oleh salah seorang muridnya, Tgk Khairul Umam, bahwa Waled sering ditemukan mengutip sampah sendiri di pekarangan dayah. Ini adalah pendidikan tawadhu, kawan. Pendidikan untuk tidak menganggap remeh sekecil apapun amal soleh.
Akhir kata, kemarin, Sang Guru Mulia kami kembali terpilih sebagai Ketua TASTAFI di Kabupaten Aceh Utara. Ini berdasarkan isyarah dan bisyarah dari para ulama yang lain. Semoga Waled dianugrahkan kesehatan yang prima dan kekuatan untuk terus membimbing kami dan kita semua.
Dan, kepada teman-teman Babussalam, saya berharap kalian bisa menghadiahi Waled sebuah buku Manaqib beliau di bulan depan, bulan kelahiran beliau. Tepatnya pada 10 November yang juga diperingati sebagai Hari Pahlawan. [Tulisan dikutip dari Facebook Tgk Max Al Fathany]
Posting Komentar untuk "Profil Waled Sirajuddin Hanafi Ketua Tastafi Aceh Utara "