Jenis-Jenis Karamah menurut Imam Tajuddin al-Subki
Oleh Tgk Alizar Usman
Berikut jenis-jenis karamah yang disebut oleh Imam Tajuddin al-Subki yang kami rangkum dari kitab beliau, Thabaqat al-Syafi’iyah al-Kubra (Juz II, Hal. 338-243)
1. Menghidupkan makhluq yang sudah mati.
Diperkuatkan jenis ini dengan kisah Abi ‘Ubaid al-Busry. Beliau pernah ikut dalam sebuah peperangan dengan menunggang kuda. Dalam peperangan tersebut, kuda itu mati. Abi ‘Ubaid berdoa kepada Allah agar dapat menghidupkan kembali kudanya.
Sehingga pada saat beliau kembali ke Busr, kudanya itu berdiri akan tetapi dua telinganya sudah hilang.
Setelah selesai peperangan dan sampai ke Busr, beliau memerintah pembantunya mengambil pelana dari kuda. Pada saat pelana diambil, kuda tersebut rubuh dalam keadaan mati. Al-Subki mengatakan, kisah-kisah seperti ini banyak.
Namun di akhir penjelasannya, beliau mengatakan, Kecuali aku mengatakan, tidak shahih di sisiku sesungguhnya seorang wali dapat hidup kembali setelah mengalami kematian dalam waktu yang cukup lama setelah menjadi tulang belulang yang hancur, kemudian hidup dalam waktu yang lama.
Ukuran ini tidak sampai kepada kita dan aku meng i’tiqad ini pernah terjadi pada seorang wali. Akan tetapi tidak diragukan yang seperti ini ada terjadi pada para Nabi ‘alaihimussalam. Contoh seperti ini adalah mu’jizat , tidak sampai karamah kepada derajat ini.
Karena itu, mungkin saja seorang nabi sebelum selesai nubuwahnya menghidupkan umat yang terdahulu beberapa zaman, kemudian hidup merasakan kehidupan dalam beberapa zaman.
Kemudian al-Subki melanjutkan, sekarang aku tidak mengi’tiqad ada seorang wali dapat menghidupkan Imam Syafi’i dan Abu Hanifah untuk kita yang keduanya merasakan kehidupan dalam waktu yang lama sebagaimana aktifitasnya sebelum wafat.
Bahkan tidak juga dalam waktu yang pendek dimana keduanya dapat bergaul dengan orang-orang yang masih hidup sebagaimana terjadi sebelum wafat.
2. Berbicara orang yang sudah mati.
Ini lebih banyak dari jenis sebelumnya. Contoh ini pernah diriwayat dari al-Kharaz r.a., kemudian dari Syeikh Abd al-Qadir al-Jailany r.a., dan sebagian guru-guru dari Syeikh al-Imam al-Walid (ayah dari Imam Tajuddin al-Subky).
3. Terbelah dan kering laut dan dapat berjalan di atas air.
Semua ini banyak. Sesungguhnya telah sepakat terjadi yang seperti ini pada Syeikh al-Islam Sayyid al-Mutaakhiriin Taqiyuddin ibn Daqiiq al-‘Id.
4. Berubah wujud benda.
Sebagaimana dihikayah bahwa Syeikh ‘Isa al-Hitar al-Yamany pernah seseorang dengan tujuan memperolok-olok mengirimkan kepada beliau dua bejana yang penuh dengan khamar. Lalu beliau menuangkan isi salah satu bejana dalam bejana yang lain.
Kemudian mengatakan kepada yang hadir, “Bismillah, makanlah!” Merekapun makan. Pada ketika itu, isi bejana tersebut menjadi minyak samin yang tidak pernah dilihat bandingan warna dan aromanya.
5. Pendek jarak bumi.
Mereka menceritakan, sebagian aulia yang berada di Jami’ Tharasus rindu berziarah ke Masjidil haram.
Lalu aulia itu memasukan kepalanya dalam jubahnya, lalu dikeluarkannya dalam keadaan sudah berada di Masjidil haram. al-Subky mengatakan, qadar kumpulan cerita-cerita jenis ini sampai tingkatan mutawatir, hanya pembohong saja yang mengingkarinya.
6. Berbicara benda mati dan hewan.
Tidak diragukan keberadaan dan banyaknya. Salah satunya apa yang dihikayah bahwa Ibrahim bin Adham pernah duduk di satu jalan di Baitul Maqdis di bawah pohon delima.
Pohon delima berkata kepada beliau sebanyak tiga kali, “Hai Abu Ishaq, muliakanlah aku dengan memakan aku.” Pohon delima tersebut pendek, rasanya asam.
Ketika itu, Ibrahim bin Adham pun memakan sebuah dari delima. Kemudian jadi manis rasa buahnya dan berbuah delima tersebut dua kali dalam setahun. Kemudian dinamai delima tersebut dengan nama Delima ‘Abidin.
7. Menyembuh orang sakit.
Sebagaimana dihikayah dari al-Sariyyi yang menceritakan seorang laki-laki yang beliau temui di sebagian gunung, dapat menyembuh penyakit menahun, buta dan berbagai penyakit lainnya.
Juga dihikayah dari Syeikh Abd al-Qadir pernah mengatakan kepada seorang anak kecil yang tidak bisa berdiri karena lumpuh, buta dan menderita kusta, “Berdirilah dengan izin Allah”. Tiba-tiba anak kecil tersebut dapat berdiri tanpa ada penyakit lagi.
8. Tunduk hewan-hewan.
Sebagaimana kisah singa dengan Abi Sa’id bin Abi al-Khair al-Miihaniy, Ibrahim al-Khawass mencium singa. Bahkan tunduk benda mati, sebagaimana cerita pada Sulthan Ulama Syeikh al-Islam ‘Izzuddin bin Abd al-Salam dan perkataan beliau dalam peperangan Franka, “Hai angin, ambil mereka”. Saat itu juga angin menghempas mereka.
9. Menyingkatkan waktu.
10. Memanjangkan waktu.
Penjelasan tentang kedua jenis ini sukar dipahami. Karena itu, menyerahkan kepada ahlinya lebih utama terkait keyakinan ini. Kisah-kisah tentang kedua ini banyak.
11. Istijabah doa
“Jenis ini banyak sekali, kami pernah menyaksikan sendiri pada satu jama’ah” kata al-Subki.
12. Menahan lisan dari kalam.
13. Menarik hati sebagian manusia dalam satu majelis yang sangat dibencinya.
14. Menceritakan sebagian berita ghaib dan kasyaf.
Tingkatan banyaknya keluar dari batasan terhingga.
15. Sabar tanpa makan dan minum dalam waktu yang lama.
16. Maqam tashrif (dapat mengatur kejadian alam)
17. Mampu memperoleh makanan yang banyak
18. Terpelihara dari makan yang haram
Sebagaimana diceritakan dari al-Haaris al-Muhaasibiy bahwa terangkat bau busuk makanan yang haram ke hidung beliau, maka beliau tidak memakannya.
19. Melihat tempat yang jauh dari belakang hijab.
Sebagaimana dikatakan, bahwa Syeikh Abu Ishaq al-Syairazi dapat menyaksikan ka’bah, padahal beliau berada di Baghdad
20. Dapat memunculkan rasa takut yang luar biasa sehingga dapat menyebabkan mati orang yang berhadapan dengannya dengan semata-mata melihatnya
21. Terjaga mereka dari kejahatan orang yang mempunyai rencana keburukan atas mereka sebagaimana kisah Imam Syafi’i r.a. bersama Harun al-Rasyid.
22. Dapat berubah dalam bentuk-bentuk yang berbeda-beda.
Ini yang dinamakan oleh para sufi dengan alam mitsal. Mereka menetapkan adanya alam yang berada di antara alam jisim dan alam arwah yang disebut dengan alam mitsal. Alam mitsal ini lebih halus dari alam jisim dan lebih kasar dari alam arwah.
Berdasarkan adanya alam mitsal ini, para sufi mengatakan arwah dapat membentuk dirinya menjadi jasad dan nyata dalam bentuk yang berbeda-beda di alam mitsal.
Dihikayahkan dari Qazhib Alban al-Mushiiliy, beliau termasuk seorang abdal, dituduh tidak melaksanakan shalat oleh sebagian orang yang tidak melihat beliau shalat.
Lalu al-Mushiiliy dengan serta merta memunculkan bentuk beliau dalam beberapa bentuk yang berbeda, seraya bertanya, “Dalam bentuk yang mana dari beberapa ini, kamu melihat aku tidak shalat?”.
23. Mengetahui isi kandungan bumi.
Sebagaimana dihikayah dari Abu Turab, pada saat beliau menghentak kakinya di bumi, pada ketika itu muncullah mata air yang jernih.
24. Kemudahan para ulama dalam mengarang kitab-kitab dalam waktu yang singkat
25. Tidak membekas racun dan benda-benda yang mematikan.
Posting Komentar untuk "Jenis-Jenis Karamah menurut Imam Tajuddin al-Subki"