Selamatkan Situs Istana Darul Makmur, Cut Putri Cucu Sultan Aceh Kirim Surat Kepada Presiden Turki Erdogan
Cut Putri |
Seperti diketahui, hubungan diplomatik antara
Kesultanan Aceh dan Turki telah terjalin sejak ratusan tahun lalu. Kesultanan
Aceh dan Turki kerap saling membantu dalam dakwah Islam dan untuk melawan
penjajahan kaphe para musuh Islam.
Sejarah juga mencatat eratnya korespondensi antar
kedua negara, termasuk permohonan bantuan dari para Sultan Aceh kepada Turki,
saat Negara Aceh berada dalam kondisi darurat.
Telah ratusan tahun berlalu sejak era Sultan Ibrahim
Mansur Syah (1857-1870), yang mengirimkan delegasi Aceh kepada Sultan Turki
Sultan Abdul Majid Khan. Saat itu Sultan Aceh meminta bantuan Turki karena
Belanda hendak menyerang Kerajaan Aceh Darussalam.
Kemudian Sultan Turki Sultan Abdul Majid Khan
mengirimkan para Perwira Turki ke Aceh, untuk membantu memperbaharui kemampuan
militer perang Pasukan Kesultanan Aceh Darussalam. Kemampuan Perang Modern
sukses di Aceh, sehingga Belanda dapat terpukul mundur tahun 1873, dan Jenderal
Belanda Kohler tewas di halaman Masjid Raya Baiturrahman.
Modernisasi Pasukan Militer Kerajaan Aceh Darussalam
yang dilakukan Sultan Abdul Majid Khan (1839-1861) dari Turki, melanjutkan misi
Sultan Suleiman Al Qanuni (1520-1566) membantu Kesultanan Aceh
Darussalam.
Dalam sejarah, Sultan Aceh Darussalam Sultan Alaiddin
Al Kahhar (1539-1572) meminta bantuan kepada Turki sejak 1539. Sultan Turki
Sultan Suleiman Al Qanuni (1520-1566) memberikan Bantuan Militer dan Perwira
Tinggi Pelatih sehingga Aceh menguasai sistem perang modern saat itu.
Dalam megahnya sistem pelatihan militer Turki di
Bitai, dan pembuatan meriam senjata Turki di Gampong Pande, akhirnya banyak
lahir pejuang tangguh Aceh yang mahsyur di dunia. Laksamana Malahayati,
laksamana wanita pertama di dunia adalah alumni Ma'had Askery (Akademi Perang)
Baital Maqdis Turki di Bitai, demikian juga Sultan terbesar Aceh Sultan
Iskandar Muda.
Di masa Sultan Mansur Syah Perak (1579-1586) hubungan
Aceh Turki kian menguat. Pada Zaman Sultan Sayyidil Mukammil (1589-1604), saat
Itu Sultan Muhammad III (1595-1603) dari Turki mengizinkan Kesultanan Aceh Darussalam
menggunakan bendera Turki di kapal-kapal Aceh ketika melawan Portugis di
Malaka.
Sultan Turki juga mengirimkan kuda Tizi Istambul
kepada Sultan Sayyidil Mukammil yang menjadi tunggangan Sultan Iskandar Muda
yang masih remaja. Pada masa Sultan Iskandar Muda hubungan antara Aceh dengan
Turki semakin erat. Banyak sekali meriam, senjata dan Prajurit Turki serta
Perwira Turki bergabung dengan Kesultanan Aceh untuk menaklukkan Malaka
mengusir Kafir Portugis.
Surat-surat diplomatik Pemimpin Aceh saat itu dikirim
langsung dari Istana Darud Donya Kesultanan Aceh Darussalam.
Setelah ratusan berlalu, kini Cucu Sultan Aceh Cut
Putri yang juga Pemimpin Darud Donya, kembali mengirimkan surat resmi dari
Darud Donya Aceh kepada Pemimpin Turki Recep Tayyib Erdogan.
Surat itu berisi permohonan bantuan kepada Pemimpin
Negara Turki tersebut, untuk membantu Aceh yang kini tengah berada dalam
kondisi darurat.
Dalam suratnya, Pemimpin Darud Donya menyatakan bahwa
saat ini negeri Aceh sudah membutuhkan bantuan Turki, untuk membantu Rakyat
Aceh menyelamatkan khazanah dan warisan Islam Asia Tenggara di Aceh yang sedang
kritis dan terancam dimusnahkan.
Disampaikan dalam surat bahwa di Aceh sedang
dijalankan program pemusnahan massal situs sejarah makam-makam kuno para Raja
dan Ulama Kesultanan Aceh Darussalam. Termasuk makam-makam para ulama dan
perwira pasukan Turki Utsmani yang dulu dikirim oleh Sultan Turki Utsmani untuk
membantu Kesultanan Aceh, yang kemudian menetap di Aceh dan menjadi para Raja
dan Ulama yang menjalankan Kesultanan Aceh Darussalam.
Situs yang paling terancam adalah khazanah peninggalan
sejarah peradaban Bangsa Turki di Kawasan Situs Sejarah Istana Darul Makmur
Kuta Farushah Pindi Gampong Pande Banda Aceh, yang dimusnahkan dengan
dibangunnya proyek pembuangan tinja najis manusia, yaitu proyek IPAL Banda
Aceh.
Proyek IPAL Banda Aceh didanai pihak asing bekerjasama
dengan pemerintah di Aceh, dan dipimpin langsung oleh Konsultan dari Belanda,
yang memusnahkan kawasan situs bersejarah Istana Darul Makmur Kuta Farushah
Pindi di Gampong Pande Banda Aceh, kawasan bersejarah berisi ribuan makam para
Raja dan Ulama Kesultanan Aceh Darussalam dan peninggalan bangunan-bangunan
kuno.
"Para pemimpin zalim itu hendak membongkar situs
sejarah makam-makam para Raja dan Ulama, pendiri awal mula Kesultanan Aceh
Darussalam, yang juga berasal dari Seljuk Turki Utsmani. Padahal mereka adalah
Pahlawan mulia penyebar Islam di Asia Tenggara. Mereka adalah nenek moyang
Bangsa Aceh yang juga nenek moyang Bangsa Turki, dan berarti merupakan nenek
moyang dari Yang Mulia saudara kami Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan",
terang Cucu Sultan Aceh resmi dalam suratnya sebagaimana dikirim ke Suara Darussalam pada Selasa, 5 Oktober 2021.
Selama bertahun-tahun proyek IPAL diprotes oleh rakyat
Aceh, segala usaha damai sudah dilakukan oleh segenap rakyat Aceh untuk
menyadarkan para pemimpin zhalim, yang hendak memusnahkan warisan budaya Islam
di Aceh, namun hati mereka belum terketuk juga.
"Walau kami senantiasa berdo'a bagi para pemimpin
Aceh, kiranya memperoleh kelembutan hati untuk menghormati dan menghargai
jasa-jasa nenek moyang Bangsa Aceh dan nenek moyang Bangsa Turki di Aceh,
tetapi ternyata dinding hati mereka para pemimpin itu terlalu tebal untuk dapat
ditembusi cahaya hidayah dari Allah Azza wa jalla", sambung Cucu Sultan
Aceh dalam suratnya.
Para Raja dan Ulama Kesultanan Aceh adalah para aulia,
pendiri tonggak sejarah tegaknya dakwah Islam di Asia Tenggara, yang telah memilih
tanah Aceh sebagai tempat bersemayam tulang belulangnya.
Sebagaimana ukiran di nisan makam kuno berbahasa
Persia yang bertuliskan "Wahai insan, siapapun engkau dan dari mana pun
engkau datang karena aku tahu engkau akan datang, karenanya janganlah
berkeberatan terhadapku akan sedikit tanah ini untuk menutupi
tulang-tulangku".
Namun tulang belulang para orang-orang shalih itu
tetap diusik dan dibongkar oleh Pemerintah di Aceh.
Oleh karena itu Pemimpin Darud Donya menyatakan bahwa
Aceh dalam kondisi darurat, dan sangat membutuhkan bantuan Presiden Turki Recep
Tayyib Erdogan, serta dukungan dari segenap Rakyat Turki dan seluruh tumpah
darah Bangsa Turki, dimana pun berada di seluruh dunia.
Untuk bersatu membantu Rakyat Aceh saudara muslimnya,
yang sekarang sedang berjuang menjaga keagungan dan mempertahankan kehormatan
nenek moyang Bangsa Turki dan Bangsa Aceh, yang telah berkorban untuk anak
cucunya demi tegaknya Islam di muka bumi.
Sebelumnya Pemimpin Darud Donya Cucu Sultan Aceh sudah
membincangkan hal ini secara langsung dengan Wakil Perdana Menteri Turki dalam
kunjungan kenegaraan bersama Duta Besar Turki, pada saat itu bersepakat bila
telah diperlukan maka Turki siap turun tangan. Maka setelah sampai kondisi
darurat sekarang ini, sudah tiba saatnya Cucu Sultan Aceh meminta bantuan Turki
secara resmi.
"Besar harapan kami agar Yang Mulia saudara kami
Presiden Recep Tayyib Erdogan bersama segenap rakyat Turki dapat membantu kami
disini yang sedang berjuang, sebagaimana dahulu kakek-kakek kami dibantu oleh
Sultan Turki Utsmani", tulis Cucu Sultan Aceh dalam suratnya.
Kemudian, Cucu Sultan Aceh juga meminta bantuan Turki
untuk menyeret Belanda ke Mahkamah Internasional atas kejahatan perang yang
dilakukan di Aceh, termasuk penghancuran situs warisan sejarah Islam di Aceh,
yang terus berlangsung sampai hari ini.
Pemimpin Darud Donya resmi meminta bantuan Pemimpin
Turki Recep Tayyib Erdogan beserta seluruh Rakyat dan Bangsa Turki, untuk
menyeret antek-antek Kafir Belanda di Aceh yang sekarang sedang berusaha sekuat
tenaga memusnahkan Situs Sejarah nenek moyang Bangsa Turki di Aceh.
Selain itu Pemimpin Darud Donya Cut Putri juga meminta
bantuan Pemimpin Turki menekan Belanda, untuk mengembalikan segala barang
khazanah Aceh hasil rampasan perang, yaitu hasil menjarah dan merampok rakyat
dan tanah air Aceh Darussalam.
Diakhir suratnya Cucu Sultan Aceh mendoakan, kiranya
kasih sayang Allah terus mempersatukan Bangsa Aceh dan Bangsa Turki bersama
seluruh ummat muslim sedunia, semoga Allah memenangkan yang haq dan memusnahkan
kebathilan. dengan kekuatan Allah Al Aziz Yang Maha Perkasa.
Pemimpin Darud Donya Cucu Sultan Aceh berterimakasih
kepada Turki, atas bantuannya sejak dulu kepada Kesultanan Aceh Darussalam, dan
berharap hubungan persaudaraan ini terus berlanjut dan semakin erat.
Pemimpin Darud Donya Cucu Sultan Aceh juga mendoakan semoga Allah senantiasa melindungi dan merahmati negeri Aceh tercinta, memberkahi rakyat dan bangsanya, menjaga warisan budaya dan sejarah Islam di Aceh, dan menumbangkan segala bentuk penjajahan dan kezhaliman di Tanah Syuhada Negeri Para Aulia, Negeri Aceh Darussalam. ['Izzuddin]
Posting Komentar untuk "Selamatkan Situs Istana Darul Makmur, Cut Putri Cucu Sultan Aceh Kirim Surat Kepada Presiden Turki Erdogan"