Atheisme dan Masa Depan Dunia Islam
Ilustrasi atheisme. Foto dari suara.com |
Oleh Fauzan Inzaghi
Percayalah padaku, bahwa tantangan kita kedepan bukan lagi pertempuran pemikiran tentang salafi atau sufy, syiah atau sunny, ikhwanjy atau azhary.
Tapi yang akan kita hadapi adalah dajjal dalam bentuk atheisme. Pemikiran itulah yang kedepannya menunggu kesempatan untuk mengambil anak dan cucu kita dari pelukan kita, dan saat itu terjadi.
Kita hanya bisa melihat anak cucu kita diculik oleh dajjal atheisme itu tepat didepan mata kita, tanpa kita bisa berbuat apa-apa. Ya kita hanya bisa melihatnya.
Ini mengingatkanku pada seorang pak tua, seorang dosen disalah satu kampus di eropa, dia pulang ke suriah setelah hidup bercukupan di Eropa
Saat ditanya kenapa kamu pulang ke suriah dari eropa, saat semua orang meninggalkan suriah menuju eropa?
Dia menjawab, aku ingin menikah dan punya anak
Jadi kamu belum menikah diumur seperti ini dan belum punya anak?
Saya sudah menikah dan anak saya sudah dewasa.
Lalu?
Saya hanya ingin mempunyai keturunan yang masih BERTAUHID KEPADA ALLAH
Kenapa dengan istri dan anakmu, bukankah mereka muslim sepertimu?
Tidak!! Aku menikah dengan wanita beragama ahli kitab lalu kami bercerai, sedangkan anak-anakku memilih menjadi atheis dan aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah mereka.
Karena undang-undang dinegara sana melarang orang tua ikut campur dalam pemilihan agama si anak. Aku hanya bisa melihat dia menjadi seorang atheis tanpa bisa berbuat apa-apa
Jadi sekarang?
Ya aku sudah mempunyai anak, seorang yang mengesakan tuhannya. Aku tidak peduli lagi dengan dunia eropa yang silau dan dunia yang kudapatkan disana.
Sekarang cita-citaku adalah mendidik dan mencari lingkungan untuk anakku agar dia bisa terus mentauhidkan tuhan.
Begitulah percakapan pak tua dan seorang anak muda yang gak mau disebutkan namanya. Semoga bisa jadi pelajaran bagi semua orang tua.
Karena kedepannya tsaqafah atau wawasan barat itu akan segera datang kelingkungan kita. Bahkan sebenarnya satu kakinya sudah menginjak negara kita.
Kemungkinan besar mata kita akan silau dengan dunia yang mereka bawa, dengan alasan kemajuan kita mulai melupakan apa yang dilupakan bapak itu.
Kadang kita akan membenarkannya dengan kata yang penting akhlaq, kadang dengan kata kebebasan, dan kadang kita mengatakan jangan kolot.
Bukankah kita sudah mulai melihat sebagian anak muda mulai memasuki dunia itu.
Maka dari itu jika ingin keturunan kita tetap bertauhid walau dunia itu masuk. Maka cara paling bagus adalah menanamkan tauhid dalam relung hati mereka.
Jadi pilihan guru dalam mengaji, lingkungan untuk bermain, ulama yang jadi panutan dan sekolah untuk mengajar, semua harus kita pilih yang mendukung agar mereka siap untuk tidak silau dengan dunia itu.
Menanam aqidah tauhid yang benar didalam hatinya. Berfikirlah dalam mendidik anak dengan tauhid sebagai prioritas.
Tentu saja ini berlaku jika kita menganggap bahwa bertauhid itu sesuatu yang penting bagi kita. Jika tidak maka semua orang siap dengan resikonya.
Posting Komentar untuk "Atheisme dan Masa Depan Dunia Islam"