Abu Hasan al-Asy’ary adalah peletak manhaj wasathiyah dalam Aqidah Ahlusunnah
Abu Hasan Al-Asy'ary. Foto lukisan. Sumber: internet |
Suara Darussalam |
[Berita
Lanjutan] Pakar Ilmu Aqidah dan Filsafat Islam alumnus Universitas Al-Azhar Mesir,
Dr. Amri Fatmi, Lc, MA menjelaskan bahwa Imam Abu Hasan Asy’ari hidup pada
zaman dimana perkembangan logika dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Serta Muncul
beragam macam sekte pemikiran; Muktazilah,
Musyabbihah, Syi’ah, dan sebagainya.
Abu
Hasan mampu membela pemahaman salaf dengan menggunakan logika yang beliau
bangun dengan Manhaj Wasathi saat
menengahi antara manhaj berpikir Muktazilah
dan Musyabbihah, antara Jabariyah dan Qadariyah. Antara Murjiah
dan Khawarij.
Misalnya
dalam masalah sifat Allah, ada mazhab yang menetapkan adanya sifat Allah
seperti makhluk, ada juga mazhab yang menegasikan adanya sifat Allah.
“Maka dalam hal ini, Abu Hasan Asy’ari mencari metode lain yang menengahi kedua pendapat yang ekstrem ini. Menurut Abu Hasan, Allah ada ilmu, tapi bukan seperti ilmu makhluk. Allah ada qudrah, tapi bukan seperti qudrah makhluk. Allah ada sama’ (mendengar), tapi tidak sama dengan sama’ makhluk, “ terang Dr. Amri Fatmi.
Acara diskusi pemikiran Islam dengan tema "Akar Islam Wasathiyah: Mempertegas Wajah Islam" yang diselenggarakan oleh Islamic Institute of Aceh (IIA) ini diikuti seratusan peserta webinar.
Dalam diskusi ini, Dr. Amri menjelaskan bahwa demikian juga dalam masalah perbuatan manusia apakah hasil dari ciptaan Allah atau ciptaan manusia.
Jahan
bin Shafwan mengatakan manusia tidak ada daya apa-apa dalam perbuatannya, dan
tidak mampu melakukan kasab terhadap
sesuatu. Dan sebaliknya Mu’tazilah menyatakan
manusia sendiri menciptakan perbuatannya.
Baca juga : Buku Paradigma Islam Wasathiyah Tu Sop Jeunieb Mengajak Umat Kembali ke Jalan Tengah
Kemudian Abu Hasan Asy’ari memilih jalan tengah bahwa manusia berbuat dengan kuasa dari Allah tidak menciptkan perbuatannya karena Allah pencipta segala sesuatu. Namun ia memiliki kasab dalam perbuatannya. Dengan itu ia bertanggung jawab atas perbuatannya.
“Imam
Abu Hasan berhasil menegaskan bahwa logika berfungsi menjaga akidah dan
memeliharanya dari penyimpangan. Sehingga pengikut imam seperti Al Baqillani,
al-Juwaini dan Al-Ghazali telah berhasil mempraktekkan manhaj ini dalam
konstruksi ilmu Tauhid Ahlusunnah waljamaah, “ kata Dr. Amri.
Dalam
pemaparannya, Dr Amri Fatmi juga menyampaikan bahwa sikap Wasathi bukan dalam ranah pemikiran saja, tapi dalam menjalankan
Islam juga perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari hari.
Orang
yang tidak mengindahkan perintah shalat karena sibuk dengan urusan dunia, maka itu
adalah ekstrim. Begitu juga orang yang sibuk melakukan shalat dan meninggalkan
pekerjaan hari-hari itu juga ekstrim. Yang Wasathi
adalah yang sesuai dengan perintah Allah, yakni shalat di jaga, pekerjaan
harian tertunaikan dan seterusnya.
Diskusi
yang berlangsung via Zoom pada Jum'at malam jam 21.00 sampai jam 23.00 tanggal
4 Desember 2020 ini, selain menghadirkan Dr. Amri Fatmi, Lc, MA sebagai
pembicara, juga menghadirkan Ust Khairul Badri, Lc, MA sebagai moderator.
"Acara
diskusi ini kita buat sebagai hidangan pembuka untuk mensttmulus pemikiran
kita. kami mengundang untuk berdiskusi dalam spesial session Pemikiran Islam
bersama Dr. Amri Fatmi, Lc, MA, " ujar Direktur IIA, Syah Reza. [Teuku
Zulkhairi]
Posting Komentar untuk " Abu Hasan al-Asy’ary adalah peletak manhaj wasathiyah dalam Aqidah Ahlusunnah"