Putra Aceh Bersama Tokoh Islam Dunia Bicara Kebangkitan Islam di Qatar
Husni Mubarak saat menyampaikan makalah di hadapan para peserta. Foto: istimewa |
Suara Darussalam | Putra Aceh, Dr. Husni Mubarrak A. Latief Lc. MA yang diadakan sebagai pengajar Fakultas Hukum dan Hukum UIN Ar Raniry Banda Aceh bergandeng dengan pemikir kelas dunia dalam konferensi internasional Syuruth Nahdhah ( Persyaratan Kebangkitan) yang berlangsung mulai 2-4 Februari 2019 di Doha Qatar.
Husni Mubarak melalui pesan Whatapp dari Qatar mengatakan, konferensi internasional ini diselenggarakan oleh Pusat Studi Islam (CIS) / Pusat Studi Islam Universitas Hamad Bin Khalifah (HBKU) dalam rangka Perayaan 70 Tahun karya Malik bin Nabi (1905-1973), seorang pemikir Muslim Aljazair yang berjudul Syuruth Nahdhah (Persyaratan Kebangkitan) serta upaya untuk merajut kembali kegemilangan peradaban Islam.
<script async src = "// pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"> </script>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []). push ({
google_ad_client: "ca-pub-3763482549653239",
enable_page_level_ads: true
});
</script>
<script async src = "// pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"> </script>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []). push ({
google_ad_client: "ca-pub-3763482549653239",
enable_page_level_ads: true
});
</script>
Konferensi ini menghadirkan pembicara utama kelas dunia seperti Dato Seri Anwar Ibrahim (Mantan Timbalan PM) dari Malaysia, Dr. Ahmet Davutoglu (mantan PM) dari Turki dan Dr. Rashed Gannouchi yang merupakan pimpinan Partai Islam An-Nahdhah di Tunisia.
Husni Mubarak berjabat tangan dengan panitia acara. Foto: Istimewa |
“Orang ketiga ini berdasar keterangan panitia yang dianggap mewakili pendapat Malik bin Nabi dalam tataran praktis,” ujar Husni Mubarak yang juga Ketua Gerakan Arah Baru Indonesia (Garbi) Lhokseumawe ini.
Husni Mubarak juga
menjelaskan, alasan ia terpilih untuk menyampaikan paper dalam konferensi ini setelah
ia dinyatakan lulus seleksi Call for Paper sejak September 2018. Konfrensi ini,
kata Husni, akhirnya memilih 30 makalah terpilih (bahasa Arab dan Inggris)
untuk dipresentasikan membahas tentang kontribusi pemikiran Malik bin Nabi bagi
kebangkitan peradaban Islam dari berbagai negara: Aljazair, Tunisia, Maroko,
Mesir, Turki, Sudan, India, Amerika, Malaysia dan saya dari Indonesia.
“Paper saya dalam
bahasa Arab mengkaji tentang pemikiran Malik bin Nabi bahwa peradaban itu
mengalami siklus sejarah, sesuai teori Ibnu Khaldun (historical cycle)
mulai dari tumbuh, berkembang hingga mengalami degradasi, “ jelasnya.
Namun, tambah Husni, peradaban itu bisa tumbuh kembali, sesuai keyakinan Bin Nabi, dengan tetap menjadikan "ide-ide keagamaan" ( al fikrah al diniyyah ) / mencoba keagaaman sebagai katalis (perikatan) yang tidak mendukung peradaban, yaitu: manusia, tanah dan waktu.
Konfrensi ini, kata Husni, selain menghadirkan tiga puluh pemakalah, juga dihadiri oleh putri bungsu Malik bin Nabi, Dr. Rahmah bin Nabi yang sekarang mukim di Amerika sebagai penulis lepas ( freelancer ). Selain itu, juga dihadiri langsung Amir Qatar Tamim bin Hamad bin Jasem bersama beberapa Duta Besar negara Arab lainnya pas acara pembukaan. [rel / zulkhairi]
Masukkan komentar Anda...Allahu yubarik Fik ya syeikh
BalasHapus