Mengenal Karakter Bangsa Aceh
Pejuang Aceh masa lalu. Foto: google |
Oleh Aini Aziz - Pegiat di Forum Lingkar Pena, dan Kontributor di
Helloacehku.com
“Lain ladang lain
belalang, lain lubuk lain ikannya.” Peribahasa ini berlaku sepanjang waktu.
Adapun maksud dari peribahasa ini adalah penunjukan bahwa setiap wilayah
memiliki ciri khas tersendiri. Perbedaan tempat berdampak kepada perbedaan adat
dan budaya, perbedaan watak dan tatanan masyarakatnya. Bila kita sedang berada
pada tempat yang bukan wilayah kita,
tentunya kita harus tahu bagaimana kearifan di tempat tersebut. Agar kita bisa mudah
berbaur dan diterima baik di sana.
Berbicara tentang
mengenal watak dan budaya sebuah bangsa, bila anda hendak ke Aceh, ingin
mengenal lebih dekat, setidaknya anda harus kenal terlebih dahulu watak dan kriteria
masyarakat Aceh, agar mudah diterima. Berikut beberapa kriteria bangsa Aceh:
1.
Cinta agama, cinta bangsa, cinta bahasa.
Di Aceh,
nilai agama sangat kental. Ulama sangat dihormati. Perkataan ulama bak mantra
mujarab untuk meredam perselisihan dan sengketa. Orang-orang yang mengkaji
Islam selalu memiliki nilai lebih pada pandangan masyarakat. Hal yang dianggap
mengganggu atau merusak nilai dan keotentikan agama akan ditindak tegas.
Cinta
bangsa akan sangat terlihat saat mereka sedang berada di luar Aceh. Katakanlah saat
mereka di Jakarta atau di luar negeri. Siapa pun yang terindentifikasi berasal
dari Aceh, itu akan dianggap saudara. Sekalipun satu berasal dari Aceh Besar
sedangkan satunya lagi dari Pidie, tetap dianggap “awak droe” (saudara).
Demikian
pula dengan bahasa. Orang Aceh yang tidak bisa berbahasa Aceh (minimal bahasa
wilayahnya, selayak bahasa Jame atau bahasan Gayo) itu memiliki nilai buruk
pada pandangan masyarakat. Dianggap sombong. Lain halnya, tamu yang datang dari
luar, bila bisa bertegur sapa dengan bahasa Aceh saat melewati kerumunan maupun
personal, itu sangat berdampak positif. Mereka akan mudah dicintai dan diterima
baik oleh masyarakat.
2.
Reaktif
Orang Aceh sangat peka terhadap keadaan sosial di sekitarnya.
Mereka tidak suka diganggu, sebab jika tersinggung dan menanggung malu, maka
reaksi yang timbul adalah akan dibenci dan bahkan menimbulkan dendam. Merujuk
kepada hal yang pernah terjadi sebelum satu dekade ke belakang, konflik Aceh
yang berkepanjangan. Itu salah satu bentuk reaktif. Dimana mereka yang dianggap
seperatis sebenarnya hanyalah orang-orang yang menuntut keadilan, agar Aceh
tidak diperlakukan semena-mena setelah begitu banyak jasa Aceh bagi Indonesia.
Beruntunglah, perseteruan ini berhujung dengan damai setelah musibah Tsunami
melanda Aceh pada penghujung 2014
Sikap reaktif ini tergambar dalam
sebait hadih maja, “Ureueng Aceh hanjeut teupèh, Meunyo ka teupèh, bu
leubèh han geu peutaba (orang Aceh tidak boleh disakiti, bila ia sakit
hati, apapun tidak akan diberikannya).
3.
Militan
Orang Aceh memiliki semangat yang tinggi dalam memperjuangkan agama,
makna hidup, mempertahankan harga diri atau eksistensinya. Jiwa militer
bahkan telah diajarkan kepada anak-anaknya mulai dari ayunan. Bayangkan! Bayi
yang baru berusia bulanan diayun-ayun hingga kemiringan 30 derajat dari posisi
tegak, dengan iringan lullabi (dodaidi)
tentang perang.
Allah
hai dododaidang ( Allahu )
Seulayang blang ka putoeh taloe (Layangan telah putus talinya)
Beurijang raye'k muda seudang (Lekaslah besar, Nak!)
Seulayang blang ka putoeh taloe (Layangan telah putus talinya)
Beurijang raye'k muda seudang (Lekaslah besar, Nak!)
Tajak
bantu prang ta bela Nanggroe (Pergilah
untuk membantu perang, membela negara)
4.
Loyalitas yang tinggi
Sejarah mencatat bahwa Aceh adalah pemberi donasi paling besar
bagi Indonesia. Seluruh warga mengumpulkan harta bendanya, menyisihkan emas dan
perak, untuk kemudian membeli armada pesawat RI 01. Itu semata mata karena
loyalitas. Hal ini amat berkaitan dengan kepercayaan. Jika seseorang, lebih - lebih
pemimpin, menghargai, mempercayai, tidak menipu, tidak mencurigai orang Aceh
maka mereka akan membaktikan diri sepenuhnya kepada sang pemimpin.
Tentunya kita ingat, Aceh memberikan kemenangan telak kepada Demokrat khususnya kepada Susilo
Bambang Yudhoyono dalam pemilihan presiden tahun 2009. Tercatat 93% masyarakat
Aceh memilih SBY. Ini merupakan saksi kepatuhan dan loyalitas orang Aceh
terhadap SBY, karena dalam masa pemerintahannya SBY telah memberikan sesuatu
yang berharga untuk Aceh yaitu perdamaian.
Demikianlah
Aceh dengan segala keunikan di dalamnya yang memesona. Empat hal diatas hanya
gambaran paling umum, masih banyak hal lainnya yang tidak habis untuk
dinarasikan dan dideskripsikan. Faktual yang terbukti dan terasa ketika kita
berada di sana. #AyokeAceh!
Posting Komentar untuk "Mengenal Karakter Bangsa Aceh "