Selenggarakan Sulok, Dayah Darul Ihsan Perkuat Peradaban Turki di Aceh
Abu Madinah saat membuka acara Sulok di Dayah Darul Ihsan [ Foto: Ist] |
Banda Aceh
– Tgk.H. Muhammad
Ismi, Lc.MA atau lebih
dikenal dengan sebutan Abu Madinah membuka suluk perdana di
Dayah Darul Ihsan Abu Hasan Krueng kale, Siem, Darussalam Aceh Besar pada malam
7 Ramadhan 1436 H. Abu Madinah yang dampingi oleh Pembina Yayasan Darul Ihsan,
Tgk H. Waisul Qarani Aly, membaiah 25 orang jamaah suluk di Mushalla setempat.
Tgk H. Waisul Qarani Aly selaku inisiator mengatakan,
membuka kembali suluk yang sudah puluhan tahun tidak ada denyut seiring
wafatnya Tgk H. Hasan Krueng Kalee pada tanggal, 19 Januari 1973.
Kendatipun Thariqah yang diamalkan Abunek (Tgk H. Hasan Krueng Kalee) Al-Haddadiyah tidak mengapa kita amalkan sekarang
Thariqat Naqsyabandiyah karena susah sekali kita mencari Mursyid Al-Haddadiyah
di Aceh akhir-akhir ini. Thariqat Naqsyabandiyah saja sudah 15 tahun saya
rencanakan baru malam ini bisa terwujud dengan izin Allah SWT, " jelas Tgk Waisul dalam
kata-kata sambutan sebelum bai'ah jamaah suluk.
Tgk H. Waisul Qarani Aly menambahkan, Ketertarikan hatinya dengan Suluk disamping amalan
yang paripurna, karena ia beserta Yayasan Darul Ihsan pasca Tsunami melanda Aceh pernah
diundang oleh Pimpinan Manzil Turkey, Syaikh Abdul Baki, Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah
terbesar di Turkey.
"Disitulah saya melihat insan Tashawuf yang sangat berakhlak
mulia yang susah kita dapatkan di Aceh. Ketika itu juga saya berazam untuk
membangun masjid Aya Sophia yang ditaklukkan oleh Sulthan Muhammad Al Fatih
dari Kerjaaan Konstantinopel. di Aceh. Dengan berkat dukungan semua pihak alhamdulillah
mesjid termegah didunia itu hampir rampung 100 % kita bangun di Darul Ihsan, " ujar Tgk Waisul.
Sementara itu, Abu Madinah dalam
tausyiah pengantar suluk menjelaskan, Praktek
Suluk bukan hanya diamalkan di Aceh atau Indobesia saja. Menurut Abu Madinah, praktik
suluk juga dilakukan di Madinah, oleh dosen dan mahasiswa.
"Saat saya belajar di
Madinah dulu, saya sering juga melakukan suluk bersama dosen dan penganut
thariqat Naqsyabandi lainnya. Hanya saja suluk yg kami lakukan secara
diam-diam, takut diketahui aparat keamanan kerajaan, " ujar Abu Madinah.
Menurutnya, praktik
suluk juga sering dilakukan di Mekkah oleh keluarga Syeikh Sayyid 'Alawi
al-Maliki, Syeikh Yasin al-Fadani musnid ad-dunya asal Padang, juga oleh syeikh
'Ali as-Shabuni pengarang kitab Tafsir Ayatul Ahkam dan Safwatuttafasir.
Prakrtik suluk juga dilakukan di Nigeria oleh para penganut thariqat
Naqsyabandiyah disana.
Kata
Abu lagi, ia punya kenalan seorang mursyid Naqsyabandi dari Nigeria ketika masih
aktif mengisi pengajian di penjara-penjara kota Madinah dulu.
"Bahkan saya banyak
berdiskusi dengan syeikh ini sambil membanding-bandingkan amaliyah suluk di
Nigeria sana dengan praktik suluk di Aceh dan di Madinah yang sering kami
lakukan. Praktik suluk dan adab-adabnya sama persis. Suluk bulan ramadhan 40
hari, Bulan Rabi'ul Awal (Maulid) 20 hari, Bulan Zulhijjah 10 hari, " katanya menjelaskan.
Diantara
fungsi suluk adalah: 1. Mendatangkan berkah bagi kehidupan kita di dunya dan
akhirat. 2. Do'a cepat terkabul karena di iringi tawassul dengan Rasulullah SAW
dan orang-orang shalih 3. Meningkatkan motivasi beribadah, baik yang wajib
maupun yg sunat 4. Menambah dan memperdalam ilmu akhlaq / tashawwuf
(tazkiayatun nafsi) disertai upaya mempraktikannya. 5. Mengikuti jejak para
ulama salaf, orang-orang shalih dan shiddiqin.
Diinformasikan Tgk Ataillah, Suluk tersebut
diikuti oleh 25 orang laki-laki dan wanita yang Mayoritas warga Banda Aceh.
Termasuk salah seorang pengurus Mesjid Raya Baiturrahaman Banda Aceh. Jika
berminat bergabung dengan jamaah tersebut silahkan menghubungi kontak person beliau di 0812 6947 463. [Mus/Z]