Firasat Abon Aziz Samalanga Yang Terbukti Kebenarannya
Abon Abdul Aziz Samalanga adalah seorang Ulama besar Aceh yang HAUL beliau baru saja diperingati beberapa hari yang lalu oleh seluruh murid-muridnya di komplek LPI MUDI Mesjid Raya Samalanga. Salah satu karya besar beliau untuk bangsa ini adalah lahirnya ulama-ulama penerus beliau yang gigih mempertahankan Ahlus sunnah di seantero Aceh dan nusantara.
Dari semua murid Abuya Muda Wali al-Khalidy, Abon lah yang paling berhasil dalam hal melahirkan kader Ulama. Di antara karamah yang Allah berikan kepada Abon adalah banyaknya firasat Abon yang terbukti kebenarannya di kemudian hari. Banyak kisah-kisah yang memperlihatkan kebenaran firasat Abon, terutama dengan para murid-muridnya.
Rasulullah pernah
mengingatkan akan firasat seorang mukmin.
اتقوا فراسة المؤمن فإنه
ينظر بنور الله
Artinya; Takutlah
kamu kepada firasat orang mukmin, karena ia melihat dengan nur Allah (H.R.
Turmizi)
Di antara
kisah-kisah tersebut adalah :
1. Pada suatu
hari datang dua santri baru di Dayah Mudi. Pada saat menghadap Abon, salah satu
dari santri baru tersebut dipandang oleh Abon dengan cukup lama, setelah ke dua
santri tersebut keluar, ketika di tanyakan hal tersebut, Abon menjawab “esok
hari ia akan pergi meninggalkan dayah”. Sedangkan yang seorang lagi akan
bertahan di dayah selama beberapa saat. Esok harinya hal ini terbukti, santri
yang dipandang oleh Abon tersebut langsung hengkang dari dayah, sedangkan yang
satu lagi tetap bertahan sampai beberapa tahun.
2. Abon pernah ditanyakan
oleh salah satu murid mengapa Abon tidak membentuk ikatan alumni sebagaimana
dilakukan oleh Abu Tepin Raya pada Dayah beliau, Darus Sa`adah. Abon menjawab:
itu tidak perlu saya pikirkan, suatu saat akan dipikirkan oleh mereka sendiri.
Hal ini tersebukti, saat ini alumni Mudi telah memiliki satu ikatan organisasi
yang tergabung dalam Yayasan al-Aziziyah.
3. Salah satu
murid Abon Abu Manan Alue Lhoek mengeluh kepada Abon tentang anaknya yang
paling tua yang memiliki kekurangan mental, bahwa anaknya ini susah untuk
diajarkan ilmu agama. Abon mengatakan supaya beliau jangan bersedih karena
kelak anak beliau tersebutlah yang akan menjadi tulang punggung keluarga beliau
dalam hal nafkah. Hal ini terbukti setelah Abu Manan meninggal dunia
sebagaimana yang Abon katakan.
4. Pada awal-awal
Abu Daud Lhok Nibong mendirikan dayah dan belum di datangi para santri sampai
beberapa tahun, Abon telah berpesan bahwa Dayah Abu Daud akan maju dan beliau
akan kewalahan menyediakan kamar penginapan untuk santri. Saat mendengar
perkataan Abon tersebut, Abu Daud Lhok Nibong sempat merasa heran, bagaimana
mungkin dayah beliau bisa berkembang seperti itu, padahal sudah beberapa tahun
beliau mendirikan dayah, namun belum ada santri yang datang untuk belajar.
Namun sekarang perkataan Abon tersebut terbukti kebenarannya. Dayah Daru Huda,
Lhok Nibong menjadi dayah salah satu dayah favorit di Aceh yang jumlah
santrinya berada pada urutan nomor dua setelah Dayah induknya, MUDI Mesjid
Raya.
5. Pada suatu
ketika ada seorang santri Aceh yang baru pulang dari Arab Saudi, ia melakukan
silaturrahmi ke beberapa ulama besar Aceh, dan mendapat sambutan hangat dari
beberapa ulama di kunjungi, hingga akhirnya sampai ke rumah Abon. Dalam
bincang-bincangnya dengan Abon, santri tersebut mengatakan bahwa ia sengaja
bergaul dengan kelompok wahabi untuk menarik mereka ke jalan yang benar.
Mendengar hal itu Abon dengan segera membantahnya “Pu tapegah di gata! tajak
kawee yee, nyan jaloe-jaloe ka lam babah yee hana tathe” (apa kamu katakan,
kamu itu ingin memancing ikan hiu, kamu dan kapalmu sudah dalam mulut hiu tapi
kamu tidak menyadarinya).
Maksud dari
ungkapan itu adalah Abon membantah dakwaannya bahwa ia berkawan dengan wahabi
demi menarik wahabi ke jalan yang benar, Abon mengatakan bahwa perbuatannya
tersebut akan berakibat ia sendiri terjatuh dalam aqidah wahabi tanpa
disadarinya. Hal itu terbukti di kemudian hari. Pada saat itu, belum tampak
geligat yang berbeda pada diri santri tersebut, ia masih bersikap layaknya
lulusan dayah biasa yang menentang pemahaman kaum wahabi. Namun lama kelamaan,
sikapnya mulai menampakkan perubahan.
Ia mulai
menyerang amaliyah yang di jalankan di dayah, seperti berdoa setelah shalat,
tahlilan, mencium tangan ulama, qunut dan banyak hal-hal lain. Firasat Abon
tersebut tidak meleset sedikitpun. Pada tahun 1995 saat pemerintah Aceh di
bawah gubernur Syamsuddin Mahmud membawa para ulama-ulama Aceh keliling dunia,
santri tersebut sekamar dengan Abu Mudi, dalam bincang-bincangnya, tanpa sadar
ia buka kartu bahwa ia mendapat gaji sekian dari pemerintah Arab saudi untuk
menyebarkan paham wahabi di Aceh. Sampai saat ini sikapnya semakin jauh masuk
dalam aqidah wahabi, seperti yang Abon katakan.
6. Abon juga
sering memprediksikan keadaan para muridnya kedepan, misalnya ada murid beliau
yang beliau katakan bahwa ia akan mengajar ke depan, dan bahkan melebihi murid
beliau yang lain yang bahkan memiliki kemampuan lebih. Kenyataan di kemudian
hari tidak meleset sedikit dari perkataan Abon.
7. Abu Mudi
menceritakan, Pada awalnya waled Nu (Tgk.Nuruz Zahri, pimpinan pesantren Nurul
Aiman, Samalanga) hanya mendirikan panti asuhan bukan sebuah dayah. pada suatu
ketika Abon mengatakan kepada bahwa nyak Nu (waled Nu) suatu saat akan
mendirikan Dayah. Hal ini terbukti bahwa sekarang ini panti asuhan yang
dikelola Waled Nu telah berkembang menjadi satu dayah yang besar yang terletak
tidak jauh dari Dayah Mudi Mesra.
8. Dan masih
banyak lagi firasat-firasat almarhum Abon Abdul Aziz yang terbukti
kenenarannya.
[Tgk H.M. Iqbal Jalil]