Peringati 10 Tahun Tsunami, Jamaah Berbagai Negara akan Berzikir di Banda Aceh
"Tamu-tamu
yang akan hadir antaralain, Profesor DR. Shahul Hameed dari India, Muhammad
Naveed dari Pakistan, Habib Ibrahim al Ahdal dari Yaman, Syech Abd Razak dari
Mesir, DR Farad Abdul Karim dan Saed Bukofa dari Libya, Imam Ustaz Muhammad
dari Brunei Darussalam, Dato Pangeran Seri Amar Diraja Che Ku Mohd Sahidi Denang,
serta Dato Paduka Che Wan Ibrahim Che Wan Ahmad dari Malaysia"
ulama malaysia Syech Ismail Kassim saat di Pidie Jaya beberapa waktu lalu. Foto: istimewa |
Banda
Aceh – Ratusan jamaah
zikir dari berbagai negara antaranya Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, India,
Pakistan, Syiria, Mesir, Libya dan Yaman, dipastikan akan menghadiri acara peringatan 10
tahun tsunami dan Haul Sultan Iskandar Muda ke 378 tahun, yang dikemas dalam kegiatan
“Zikir Akbar dan Malam Asean Bershalawat Untukmu Ya Rasulullah” di Banda Aceh.
Rangkaian berbagai kegiatan yang
digagas oleh sejumlah mejelis zikir di Aceh bekerjasama dengan Himpunan Ulama
Dayah Aceh (HUDA), Pemerintah Aceh akan dimulai sejak 23 hingga 28 Desember
mendatang.
“Mulai besok (Selasa 23 Desember)
sejumlah tamu akan tiba di Banda Aceh,” kata Tgk Muhammad Balia dari panitia
penyambutan lewat siaran persnya kepada Suara Darussalam.
Menurut Tgk Balia, Selain tamu dari luar negeri, Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin
dari Palembang juga akan ikut ambil bagian dalam jamaah tersebut.
Sejumlah kegiatan yang akan
dilaksanakan antaralain, ziarah makam-makam tsunami di Banda Aceh pada 24
Desember, zikir di Masjid Raya pada 25 Desember, upacara peringatan 10 tahun
tsunami di Blangpadang pada 26 Desember, upacara adat dan Haul Sultan Iskandar
Muda di komplek Makam Sultan Iskandar Muda pada 27 Desember, dan malam kesenian
Asean Bershalawat di Blang Pada pada 27 Desember.
“Puncak kegiatannya adalah Zikir
Akbar dan Asean Bershalawat 10 Tahun Tsunami di Asrama Haji Banda Aceh pada Jumat
malam 26 Desember,” kata Tgk Balia.
Sejumlah kegiatan yang melibatkan
ulama-ulama dari beberapa negara Asean dan beberapa negara lainnya pada
peringatan 10 tahun tsunami ini kata Tgk Balia bertujuan untuk menguatkan silaturrahmi
antara ulama-ulama dari masing negara dengan ulama-ulama di Aceh, Pemerintah
Aceh dan masyarakat Aceh pada umumnya.
“Beberapa dari mereka (tamu yang
hadir) sudah tidak asing lagi dengan Aceh. Ketika Aceh dianda tsunami mereka
ikut menggalang bantuan dan menyalurkannya langsung ke Aceh,” kata Tgk Balia.
Setiap acara yang akan digelar
pada peringatan kali ini terbuka untuk masyarakat umum. Panitia mengundang
masyarakat untuk ikut hadir, berzikir dan bershalawat bersama ulama-ulama dan
jamaah dari berbagai negara.
Syech DR Ismail Kassim salah
seorang ulama berkewarnegaraan Malaysia yang akan hadir pada kegiatan ini
merupakan ulama internasional yang kerap datang ke Aceh untuk berbagai keperluan.
September lalu ia menyempatkan diri berkunjung ke sejumlah kabupaten di Aceh,
mulai dari Birueuen, Pidie Jaya, Labuhan Haji dan Kota Sabang.
“Misi kami di 10 tahun tsunami
ini untuk silaturrahmi diantara dua buah negara yang sudah sedia terjalin dari
dahulu lagi,” kata Syech Ismail. Pada kedatangan di akhir tahun ini, Ia rencanya
juga akan menyalurkan bantuan kepada anak-anak yatim dan pasantren-pasantren
dimana bantuan itu juga akan berlanjut hingga di masa mendatang.
“Menanamkan iman dan tauhid
melalui kalimah Lailahaillallah supaya masyarakat Aceh tidak goyang dengan apa
sahaja musibah yang telah berlaku,” kata Syech Ismail menjelaskan misi
kedatangannya bersama sejumlah ulama dari negara-negara lain.
Menurutnya,
kedatangan sejumlam tamu dari berbagai negara pada peringatan 10 tahun tsunami
ini juga menandakan kepedulian berbagai pihak terhadap Aceh. “Kami peduli dan
merasakan keperihan rakyat Aceh untuk bangun semula.”
Tamu-tamu yang akan hadir
antaralain, Profesor DR. Shahul Hameed dari India, Muhammad Naveed dari
Pakistan, Habib Ibrahim al Ahdal dari Yaman, Syech Abd Razak dari Mesir, DR
Farad Abdul Karim dan Saed Bukofa dari Libya, Imam Ustaz Muhammad dari Brunei
Darussalam, Dato Pangeran Seri Amar Diraja Che Ku Mohd Sahidi Denang, serta Dato
Paduka Che Wan Ibrahim Che Wan Ahmad dari Malaysia.[]