Masyarakat Aceh Dihimbau Jadikan Media Sosial Sebagai Sarana Dakwah
Dr Syamsul Rijal M.Ag |
SuaraDarussalam, Banda Aceh - Tak
dapat dipungkiri lagi, pengaruh Telekomunikasi dan Informatika (IT) semakin
pesat di era modern. Tidak heran jika hampir semua warung kopi dimanjakan
fasilitas wifi. Sehingga pengunjung baik yang muda hingga yang tua dapat
menikmati internet secara gratif. Setiap hari dipastikan pengguna internet
terus meningkat seperti halnya pecandu rokok.
Data dari
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyebutkan, pengguna
internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95
persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial atau social
media (socmed).
Perkembangan IT
sudah begitu pesat di era globalisasi. Teknologi membuat jarak tak lagi jadi penghalang
dalam berkomunikasi. Internet tentu saja menjadi salah satu medianya. Bahkan
sudah dapat berkomunikasi face to face melalui dunia maya, seperti skype, dan
aplikasi video chat lainnya.
Di Indonesia
itu sendiri menempati peringkat 5 pengguna Twitter terbesar di dunia. Posisi Indonesia
hanya kalah dari USA, Brazil, Jepang dan Inggris. Kemudian ada sekitar 65 juta
pengguna Facebook aktif.
Sedangkan
perharinya mencapai 33 juta user aktif. Kemudian, terdapat 55 juta pengguna
aktif yang memakai perangkat mobile dalam pengaksesannya per bulan dan sekitar
28 juta pengguna aktif yang memakai perangkat mobile per harinya.
Dari data
tersebut sungguh sangat efektif jika ummat Islam menjadikan media sosial
sebagai media dakwah. Selain jangkauannya yang luas, juga praktis dapat diakses
dimana saja pengguna dan audiensnya berada. Apa lagi sekarang hampir rata-rata gadget
yang digunakan menyediakan layanan internet.
“Sayang sekali
jika para penda’i kita tidak memanfaatkan media sosial sebagai media dakwah,
disamping media mimbar yang khalayaknya hanya beberapa orang saja, tentu media
sosial khalayaknya tak terbatas,” ujar Direktur Komunitas Masyarakat Informasi
dan Teknologi (MIT), Teuku Farhan, Kamis (04/12).
Namun katanya
apa bila seorang da’i bisa memanfaatkan media sosial sebagai media dakwah,
tentu mad’u dan sasaran dakwah lebih luas jangkauannya serta tepat sasaran.
Oleh karena
itu ia menyarankan pemanfaatan IT secara positif sangat diperlukan. Jika IT sudah
dimanfaatkan untuk hal-hal yang baik tentu hal-hal negatif di internet dengan
sendirinya akan tenggelam.
Menurutnya,
para da’i dapat memulainya dengan membuat blog. Karena blog juga bagian dari
media sosial, kemudian membuka akun media sosial, baik twitter atau facebook.
Jika seorang da’i memiliki blog, maka dengan mudah dapat diakses dan dideteksi
oleh google ketika dicari tentang artikel-artikel Islami.
“Sekarang betapa
mubazirnya konten-konten dakwah guru kita setelah disampaikan hilang begitu
saja tak ada yang tulis, merekam, memvideokan, dan tidak ada yang publikasi,”
katanya.
Oleh karena
itu menurut Teuku Farhan para santri di pesantren bentuk mengabdi kepada guru
bukan sebatas cium tangan saja, melainkan mendokumentasikan apa yang
disampaikan gurunya baik dalam bentuk media digital maupun mempublikasinya
secara lebih luas juga bagian pengabdian.
Urgensi
Dakwah Melalui Media Sosial
Sementara itu,
Akademisi UIN Ar-Raniry, Dr Syamsul Rijal yang aktif memanfaatkan media sosial
sebagai media dakwah mengatakan, kemajuan IT dalam kehidupan kontemporer harus
disikapi positif. Kalau kemajuan IT ini disalahgunakan akan tergilas dengan IT itu
sendiri.
“Misalnya
media sosial seperti twitter, facebook, path, dan apapun namanya itu sangat inspiratif,
bisa menjadi daya dorong bagi pemilik akun untuk mempengaruhi teman atau lawan
dimana saja,” ungkap wakil rektor III bidang Kemahasiswaan ini.
Menurutnya,
media sosial ini harus dijadikan sebagai media penyampaian informasi penting
untuk melakukan restrukturisasi kehidupan ke arah yang lebih baik. Selain itu
juga memberikan daya dorong orang-orang untuk mengejar ketertinggalannya dan
memperbaiki kerjasama ke arah yang lebih prima.
“Bukan malah
menjadikan sebagai media propokatif dan tempat menebar fitnah di sana. Namun
kita lihat banyak yang menggunakan sebagai ajang penipuan dan penebar fitnah,
atau menganggu ketentraman orang lain, ini perlu diubah,” katanya.
“Oleh karena
itu saya kira media sosial ini harus menjadi satu media untuk menginspirasi
orang lain dengan kebaikan,” tuturnya.
Selain itu ia
menambahkan, manfaat IT ini dalam kontek ibadah ummat muslim misalnya dapat
mengingatkan ketika waktu shalat dan ibadah lainnya tiba. Dengan IT pula dapat
dapat digunakan untuk menebarkan prinsip agar masyarakat memiliki moralits yang
baik, dan nilai-nilai spiritual yang tinggi.
“Kalau
nilai-nilai spiritulitas ini sudah hilang maka kehancuran itu di depan mata
karena tidak ada lagi penghargaan dan toleransi,” tandas mantan dekan Fakultas
Ushuluddin ini.
Menurutnya,
banyak sekali manfaat IT jika users mau memanfaatkan ke arah yang lebih baik.
Namun sangat disayangkan jika pengguna media sosial tidak mau jujur. Misalnya
dapat diamati ada beberapa model pengguna socmed. Ada yang nama dengan fotonya
sesuai, tapi ada juga yang nama dan foto profilnya lain.
“Jadi itu
bentuk ketidakberdayaan seerorang untuk mengakui dan mengeksistensi diri,”
ungkapnya.
Kalau memang media
sosial digunakan dengan baik, bisa jadi wadah tersebut untuk melatih kejujuran
diri sendiri. Contohnya ada sebuah aplikasi ketika users mengaktifkannya akan
terdeteksi lokasi si pengguna berada. Sehingga dimanapun pengguna berada dapat
diketahui oleh teman-temannya.
“Jujur itu
penting dalam kehidupan bermasyarakat. Begitu juga dalam dunia politik itu
sangat urgen saya pikir. Nilai-nilai itu sangat mahal, seharusnya dengan IT mengigatkan
manusia kembali ke jati diri manusia yang jujur,” tutupnya. [Hayatullah
Pasee]