Jaga Jatidiri di Australia, Aishah binti Chalidin Yacop Potret Aisyah Masa Kini
Dari Kiri ke kanan. Dr Chalidin Yacop (Ayah), MA, Aishah dan Hj Darliana Abdullah (Ibu) |
Banda Aceh- Di akhir zaman sekarang, sedikit sekali
didapati umat Nabi Muhammad saw yang bersikukuh tetap memegang ajaran Nabi yang
murni. Apalagi hidup di Negara Eropa, Australia dan Amerika yang bebas nilai.
Dalam hadits, Rasulullah saw mengibaratkan bahwa kondisi memegang teguh agama
Allah di akhir zaman tak ubahnya memegang bara api. Dilepas padam, digenggam
terbakar. Serba salah bagaikan buah Simalakama.
Walaupun harus
merelakan tangannya terbakar, tapi terus berjalan di atas cahaya
kebenaran. Tidak peduli dengan banyaknya hinaan dan celaan dari masyarakat
sekelilingnya. Itulah potret kecil muslimah yang akan kita bahas dalam liputan
khusus Suaradarussalam.com kali ini. Berikut nama Narasumber kita, Cut
Aishah Arradhiyah Al-khalidi, lahir di Born, Sydney, Australia pada
tanggal, 13 Juli 1994 silam.
Setelah berusaha
beberapa kali, Alhamdulillah mendapat izin dari orang tua Aishah, Ust Dr
Chalidin Yacop, MA. Aishah mengaku siap diwawancarai. Dengan syarat didampingi
oleh paman Aishah.
Setelah deal dan
janjian dengan Suara Darussalam
lewat nomor handphone yang dikirim oleh Ayahnda Aishah dari Sydney,
Australia. Tepat Pukul 17.30 WIB Paman Aishah, Teuku Ilham Yacop menghubungi
untuk segera datang ke kediamannya, di Jalan Peurada 1, Syiah Kuala, Banda
Aceh. Kamis, 4 Desember 2014.
Setelah menunggu
sekitar setengah jam Aishah belum muncul-muncul. Sang Paman pun mencoba
memanggil untuk segera bergegas untuk menemui Suara Darussalam Sambil menunggu Aishah datang, Suara Darussalam disugukan teh hangat
oleh tuan rumah nan ramah sembari ngobrol santai tentang perkembangan Aceh
terkini.
Akhirnya Aishah datang
ke ruang tamu untuk wawancarai, Namun setelah Suaradarussalam.com
memperkenalkan diri serta mengutarakan maksud dan tujuan. Azanpun berkumandang,
Suara Darussalam dan seisi rumah
bergegas shalat Magrib.
Setelah shalat Magrib
Paman Aisyah membeberkan alasan Aishah belum bersedia diwawancarai. Tenyata
belum mendapat persetujuan dari Ayahndanya. Aishah bersedia diwawancarai
setelah membaca pesan BBM dari Ayahnya. Subhanallah segala puji bagi Allah,
sungguh sebuah akhlak terpuji yang jarang kita dapati pada gadis yang hidup dan
dibesarkan di Bumoe Seuramoe Mekkah akhir-akhir ini. Setidaknya itulah kesan
awal ketika menjumpai gadis yang sedang menyelesaikan kuliah di University of
Technology, Syedney, Australia tersebut.
Suara Darussalam mengajukan beberapa pertayaan tentang
pengalaman pahit getirnya mendampingi sang Ayahnda, Ustadz Chalidin dalam
berdakwah lewat sebuah wadah yang diberi nama Ashabul Kahfi Center di Sydney.
Australia, sebuah negeri minoritas muslim.
Karena lahir dan
dibesarkan di Autralia Suara Darussalam menanyakan dengan bahasa apa
diwawancarai? Aisha menjawab. Boleh dengan bahasaAceh, Indonesia atau Inggris.
Bahasa Aceh! Droen jeut bahasa Aceh cit? Jeutlah. Kan ureung Aceh. Subhanallah
sungguh luar biasa. Sungguh bertolak belakang dengan anak-anak Aceh hari ini.
Gampong bak Crapee wuek peng. ureung syeik geu peurunoe aneuk meu tutoe
ngon bahasa Indonesia.
Aishah mulai berbagi
bercerita dengan loghat Aceh yang fasih namun sedikit mengilitik terkadang
sedikit bercampur loghat Inggris. Tak jarang pun Aishah
mencampur dengan bahasa Inggris disela-sela wawancara.
Cara Aishah mengisi waktu libur
Aishah ke Aceh teryata
sedang libur panjang kuliah. Namun liburan bagi Aishah bukanlah waktu untuk
bermalas-malasan atau traveling ke sana kemari. Aishah pulang ke Aceh sambil
berkunjung ke tempat asal orang tua di Padang Tijie juga secara khusus memperdalam
ilmu keislaman di dayah Muslamat Putri Samalanga selama dua bulan, pimpinan
ulama besar Aceh, Waled Nuruzzahri atau lebih makruf dengan panggilan Waled Nu
Samalanga.
Putri bungsu dari
pasangan Chalidin dan Hj Darliana Abdullah adalah gadis pemalu dan sangat
berhati-hati dalam berbicara. Aishah mengenang sebuah kejadian pilu di Sydney
pernah di ejek gara Aishah tak pernah lekang dari hijab. Perempuan Australia
bilang, Kita punya rambut kenapa tidak dinampakkan? Mengapa harus ditutupi atau
jangan-jangan tidak berambut alias botak. Kenang Aishah atas perlakuan yang
tidak menyenangkan itu.
Aktifitas
Di Australia, Aishah
tidak hanya kuliah semata tapi juga ikut mengajar anak-anak muslim dari
berbagai Negara di Lembaga besutan ayahnda bernama Ashabul Kahfi Center. Aishah
merinci. ada dari Malaysia, Burma, India dan lain-lain. Juga aktif di
organisasi kampus di tempat Aishah kuliah.
Ketika dimintai
komentar terhadap generasi muda Aceh hari ini. Aishah sangat prihatin melihat
kondisi generasi Aceh yang sangat labil dan rapuh. Kita mudah terpengaruh
dengan gaya hidup ke Barat-baratan atau western. Generasi kita sekarang,
walaupun tidak diucapkan dengan lidah namun nampak lewat prilaku seakan malu
dengan Islam agama yang dianutnya. Padahal Islam adalah keyakinan kita. Apapun
konsekwensi yang terjadi mesti komit terhadap iman yang kita yakini. Tegas
Aishah dengan nada serius.
Merayakan Natal
dan Tahun Baru Masehi
Wawancara terus
belanjut. Sesekali pamannya yang duduk di samping menimpali sambil memainkan
handphone-nya. Kali ini pertanyaan sekitar cara menyikapi Perayaan Natal dan
tahun baru Masehi di Australia.
Aishah dengan tegas mengatakan saya tidak pernah
merayakan tahun baru Masehi apalagi ikut-ikutan Natal Bersama meski di
Australia dirayakan secara besar-besaran. Bahkan sudah tiga tahun terakhir
mengaku ketika tahun baru tiba tidak berada di Sydney.
Dulu, kami biasanya
anak-anak muslim dikumpulkan oleh ustadz-ustadz Ashabul Kahfi untuk dijelaskan
kepada kami tentang ketidakbolehan ikut terlibat merayakan Natal karena itu
ritual agama Nashrani dan juga dipertegas kepada kami ikut merayakan
Natal dan Tahun Baru Masehi bukan budaya Islami.
"Namun terkadang juga
merasa canggung harus menjawab apa ketika umat Kristiani mengucapkan “Merry
Christmas & Happy New Year,” jelas Aishah sambil mengenang kisah yang
sering dialami awal tahun baru di Benua yang dijuluki Negara Kangguru tersebut.
Aishah juga mengatakan,
sebenarnya Yesus atau Isa Al masih bukan dilahirkan tanggal 25 Desember namun 1
Januari. Itulah sebabnya dinamakan tahun Masehi karena dinisbahkan kepada Isa
Al masih. Namun apa hendak kata kebanyakan generasi kita hari tidak tau akan
hal itu.
Kesan yang menarik
ketika ingin mengambil gambar untuk dokumentasi. Namun Aishah menolak, “Loen
lake meuah, nyoe neu foto bek. Sigoe teuk beurayuek adak jeut neu pasoe gamba
lam majalah”.
Melihat Aishah menolak,
Paman Aishah Teuku Ilham Yacop menawarkan foto. Suaradarussalam.com mengatakan.
Jika itu sudah prinsip Aishah kita hargai. Namun ketika hendak pamit Ayahnda
Aishah menelpon dari Australia memastikan Aishah apakah sudah diwawancarai atau
belum. Ayah akhirnya mengirim foto bertiga ketika berada Air Port Seydey menuju
ke Aceh lewat WhatsAp. Sungguh bertolak belakang dengan gadis pada umumnya yang hobi mengupload foto ke berbagai sosial media.
Diujung telepon Suara Darussalam mengucapkan pujian
atas didikan keluarga yang luar biasa. Hidup di Negara minoritas namun memiliki
akhlak terpuji, tak berlebihan rasanya jika jika Aishah binti
Chalidin Yacop adalah potret Aisyah Modern yang benar-benar mengikuti jejak
Sayyidah Aisyah ra. Sebagaimana kata hikmah yang berbunyi “”Manusia adalah anak
lingkungan, Jika mereka mampu mendobrak lingkungan mereka adalah pahlawan.
Sepantasnyalah kita
menjadikan contoh keluarga pecinta ilmu, penda’i dan sangat bersahaja ini.
Semoga kita yang hidup di tengah-tengah mayoritas muslim jauh lebih berhasil
mendidik anak yang mengerti dan cinta terhadap iman dan Islam yang kita yakini.
Reporter: Mustafa Woyla
Editor : Zulkhairi