Sambut Kebangkitan Peradaban Islam, Pengusaha IIBF Aceh Mengaji
Suasana pengajian IIBF. Foto: Khairul Ambia |
Banda Aceh – Salah satu
fenomena menarik di Aceh dewasa ini adalah munculnya berbagai komunitas
pengajian. Mulai dari mesjid, warung kopi hingga rumah ke rumah. Pengajian para
pengusaha ini salah satunya.
Sejak dua tahun
terakhir, para pengusaha Aceh yang tergabung Indonesia Islamic Busssiner Forum
(IIBF) cabang Aceh telah secara rutin mengadakan pengajian mingguan. Lokasi
pengajiannya berpindah-pindah, dari satu rumah anggota ke rumah lainnya.
Hal itu disampaikan
ketua IIBF Aceh, Putra Chamsah kepada Suara
Darussalam di Banda Aceh, Minggu (17/10).
Menurut Putra Chamsah
yang pernah menjabat sebagai Direktur Bank Syari’ah Mandiri Cabang Aceh ini, “pengajian
IIBF” ini diselenggarakan dalam rangka menjawab tantangan zaman sekaligus
menyambut arus kebangkitan Islam. [baca: Landasan
Filosofis Lahirnya IIBF Aceh]
Oleh sebab itu,
pengusaha dianggap harus ambil bagian karena dalam sejarah perjuangan Islam di
masa Rasulullah Saw, para pengusaha sangat berperan dalam menopang agenda
dakwah Islam yang digerakkan oleh Rasulullah Saw saat itu.
“Banyak yang mendukung
pengajian IIBF ini. Buktinya, setiap minggu pasti ada anggota yang siap menjadi
panitia/berpartisipasi dengan mendonasi kebutuhan pengajian seperti snack dan
tempat”, ujar Putra Chamsah yang kini jadi pengusaha mobil ini.
Dari pengusaha pemula sampai yang sudah kawakan
Pengusaha Aceh yang
tergabung dalam IIBF ini berasal Banda Aceh dan Lhokseumawe, dari pengusaha
pemula sampai pengusaha yang sudah kawakan.
“Jumlahnya seratusan
lebih”, kata Putra.
Rata-rata pengusaha yang mengikuti pengajian berjumlah
tidak kurang dari 30 orang setiap kali dilakanakan pada setiap malam Kamis
dengan mengambil lokasi di rumah-rumah pengusaha”, katanya menjelaskan.
Putra mengakui, sejak
berdirinya IIBF Aceh pada 13 Desember 2012 yang lalu [baca: Sejarah Lahirnya IIBF Aceh], sampai saat ini pihaknya terus mengajak dan mengumpulkan
kalangan pengusaha yang berminat dan memiliki lowongan waktu untuk sama-sama
mengikuti pengajian yang materi pengajiannya membahas “Tijarah” (perdagangan).
Sementara itu, para
pemateri yang diundang pun adalah Ustaz-Ustaz yang sangat berkompeten memahami
ajaran Islam, khususnya bidang ekonomi Islam seperti Dr Muhammad Yasir Yusuf,
MA, Ust Masrul Aidi, Lc, Ust Muhammad Hatta, Lc dan sebagianya.
Dari pengajian ini,
kata Putra lagi, pihaknya ingin mendapatkan penjelasan yang kompleks seputar
perdagangan yang sesuai dengan ajaran Islam. Materi-materi yang disampaikan
misalnya bagaimana cara Rasulullah Saw berdagang atau bagaimana berdagang
dengan cara Rasulullah Saw.
“Materi seperti ini kami
minta dibahas karena tujuannya adalah untuk memperbaiki cara berdagang agar
sesuai dengan ajaran Islam, sehingga banyak masalah dasar bisnis akan
ditermukan solusinya”, ujarnya.
Selain pengajian,
pihaknya juga menyelenggarakan workshop dan training-training untuk memperkuat
para pedagang dan penguasaha agar bisa berusaha atau berdagang yang sesuai
dengan ajaran Islam , agar tidak terhutang dan tujuan-tujuan baik lainnya.
Pada akhirnya, kata
Putra Chamsah lagi, pihaknya ingin agar IIBF Aceh turut memperkuat ekonomi Aceh
khususnya dan bangsa Indonesia umumnya dengan cara menciptakan pengusaha yang
kuat, taat, mandiri dan memahami aturan dagang yang bersyari’at. [Zulkhairi]
Landasan Filosofis IIBF Aceh
Menurut Putra Chamsah,
ada beberapa landasan filosofis lahirnya IIBF Aceh:
1. Kemakmuran dan
kemajuaan harus dicapai dengan ketaatan dan ketaqwaan
2. Kalau masyarakat Aceh
ingin maju maka masyarakat Aceh harus taat dan takwa kepada Allah swt
3. Tidak ada satu bangsa
pun yang maju yang terlepas dari pengusaha, begitu juga di masa Rasululllah Saw
yang perjuangannya di back up oleh para
penguasaha.
4. Pengusaha harus lebih
duluan taat dan bertaqwa karena memang pengusaha yang paling berperan dalam
maju mundurnya sebuah bangsa dan peradaban
5. Pedagang yang jujur dan
amanah akan bersama Rasulullah Saw. Ini berdasarkan hadis Rasul yang berbunyi:
““Pedagang yang jujur dan terpercaya akan dibangkitkan bersama para Nabi, orang-orang
shiddiq dan para syuhada” (HR. Tirmidzi)”