Didik Anak Cinta Alquran, PAUD Bait Qur’ani di Banda Aceh Diidolakan Para Ibu
Banda Aceh - Ketika melewati salah satu sudut Blang
Padang, kita akan menjumpai sebuah pamplet “PAUD Bait Qurany Saleh Rahmany”. Sekolah
PAUD tahfiz pertama di Banda Aceh ini didirikan tahun 2009 silam. Lima tahun
lalu, bangunan ini hanya rumah tua biasa, milik keluarga Shaleh Rahmany.
“Sekolah
tahfiz ini kami diniatkan sebagai amal jariyah untuk orang tua pengurus
yayasan,” kata Bu Mariani, kepala sekolah PAUD Bait Qurany. “Dari pada tidak terpakai,
lebih baik bisa bermanfaat,” lanjutnya.
Kemudian setelah tercetusnya ide membangun PAUD,
anak-anak dari Saleh Rahmany berjumpa dengan Bu Nurul Halimah, pemilik Bait
Qurany Jakarta. Dalam proses pembelajaran serta pengelolaan PAUD ini banyak
mendapatkan masukan dari Bu Nurul
Halimah sebagai konsultan sekolah. Meski begitu mereka mengaku PAUD ini
bukanlah cabang dari Jakarta, hanya menganut konsepnya saja. Karena kepemilikannya
murni oleh pihak keluarga Yayasan Shaleh Rahmany.
Menebar Cinta Alquran
Sejak didirikan sekolah ini memiliki visi mulia yaitu
menabur cinta Al-Quran pada anak usia dini. Selanjutnya menjadikan Al-Quran
sebagai petunjuk hidup yang menyeluruh
untuk menyelamatkan ummat manusia dan lingkungan dari kerusakan. Sejalan dengan
itu, dalam melaksanakan proses belajar mengajar para guru juga menerapkan misi
mengajarkan anak mengenal Allah melalui ciptaan-Nya yang beragram. Tak hanya
diajak menghafal Quran, anak-anak juga diajarkan untuk memahami ayat-ayat tersebut
sesuai dengan usianya.
Maka tak heran, setelah tamat dari sekolah tersebut
minimal anak hafal juz Amma dan memahami isi surat yang diajarkan. Sekolah
memiliki target hafalan; untuk Play Group dari surat An-Nass sampai Al-‘Adiyat,
TKA dari surat An-Nass sampai Al-Lail, dan TKB dari Al-Lail sampai An-Naba’.
Tak hanya itu, selain belajar di pagi hari dari jam
setengah delapan sampai jam sebelas, pada saat sore sekolah juga membuka TPA
Tahfiz, biasa disebut TPQ. Target hafalannya mulai dari surat An-Naba’ sampai
surat An-Nass. Jadwal belajarnya dari hari Senin sampai Jumat, jam setengah
empat sampai setengah enam sore.
Dengan adanya TPA ini sangat menguntungkan
bagi anak-anak alumni PAUD tersebut, meski telah melanjutkan sekolah ke tempat
lain, mereka tetap bisa kembali belajar untuk menambah dan menjaga hafalannya.
Selain itu, tak sedikit bagi orang tua yang terdaftar dalam ‘list tunggu’ bisa
memasukkan anaknya ke TPQ.
Idola para Ibu
Sekolah ini memang telah menjadi idolanya para ibu di
Banda Aceh dan sekitarnya, seiring meningkatnya kesadaran masyarakat untuk
menjadikan anaknya hafal Al-Quran sejak usia dini. ‘List Tunggu’ diperuntukkan bagi anak-anak yang belum bisa
diterima, karena jumlah anak yang diterima sudah memenuhi kuota sekolah.
Dengan metode “Belajar sambil Bermain” maka proses
menghafal Al-Quran menjadi sangat menyenangkan. “Mengajar dilakukan disetiap
aktifitas anak, misalkan sambil naik ayunan anak diajak untuk mengulang
hafalannya,” jelas Bu Mariani. Bahkan, ketika anak hendak menggunakan satu
wahana permainan, maka harus memberi
pasword terlebih dahulu, berupa pengulangan hafalannya. Saat pulang dan
dijemput orang tua, si anak lagi-lagi harus memberi paswordnya tersebut.
Setiap harinya sebanyak 230 orang anak belajar bersama 24
guru beserta staf sekolah. Ketika masuk sekolah langsung disambut dengan pelajaran perkenalan membaca, atau
materi disesuaikan setiap harinya. Dimulai dengan sistem klasikal, bernyanyi
bersama, sampai muraja’ah (mengulang
hafalan) dan belajar terjemahannya. Materi yang disampaikan tidak hanya di
dalam kelas, tetapi juga ketika anak sedang di luar atau bermain. Misalkan
ketika anak dekat dengan tanaman, gurunya mengatakan, “Daunnya bagus ya? Siapa
yang menciptakan?” Selanjutnya guru akan menjelaskan tentang ayat kebesaran
Allah, atau diarahkan ke materi hafalan hari itu.
Materi yang akan diajarkan direncanakan dengan baik. Seorang guru yang mendapat giliran piket
mengajar keesokan harinya, maka diharuskan mempersiapkan materi sebelum pulang.
Bahkan melakukan simulasi mengajar dihadapan guru yang lain, “Tujuannya agar
guru lebih siap dan menguasai bahan. Kalaupun ada kekurangan, maka guru-guru
yang lain akan memberi masukan,” jelas Bu Eva, staf pengajaran. Saat ini
mayoritas guru memang berasal dari Aceh, berbeda saat awal-awal berdiri,
gurunya didatangkan dari Bandung, Jakarta, dan Lampung. [Syuhada]
Libatkan keluarga dalam
proses pendidikan Anak
Yang membuat PAUD Bait Qurani Saleh Rahmany ini istimewa
adalah pelibatan aktif orang tua murid dengan program Sekolah Bina Keluarga. “Senin
sampai Jumat hari belajar untuk anak. Hari Sabtu adalah kesempatan untuk orang
tua belajar tahsin (perbaikan bacaan Al-Quran). Alasannya karena banyak orang
tua yang mengaku “anak saya ngak
mau.” Padahal orang tuanya yang tidak bisa mengaji,” jelas Bu Eva lagi.
Pihaknya mengaku sangat miris saat anak di sekolah
bercerita tentang tontonan yang tidak seusianya. Biasanya ikut menonton sinetron
bersama orang tua. Hal ini tidak baik untuk perkembangan perilaku anak. Oleh
sebab itu, orang tua juga diberikan pemahaman tentang tontonan anak. Terutama
film kartun anak yang tidak sesuai dengan nilai islami. “Guru hanya menanam,
orang tualah yang memupuk,” pesan Bu Mariani. Dia berharap orang tua bisa
terlibat aktif jika menginginkan anaknya bisa menghafal Al-Quran. Terakhir, ia
juga berpesan, “mencintai Al-Quran jauh lebih penting dari pada hanya
membacanya.”
Dengan metode belajar yang menyenangkan serta manejemen
sekolah yang baik, tak heran jika PAUD Bait Qurany ini sering menjadi juara
dalam beberapa even perlombaan tahfiz anak, seperti momen Festifal Anak Soleh,
Hari Anak Nasional, dan masih banyak lagi.[syuhada]