Teungku Ini Sukses Kelola Konsultasi Kitab Kuning di Facebook
Ingin Budayakan Bicara Hukum Islam
dengan Referensi
Banda Aceh – Kemajuan
dunia teknologi informasi dewasa ini oleh sebagian kalangan telah mampu
dimanfaatkan ke arah hal-hal yang positif. Kendati banyak juga yang cenderung
gagal menjadikan kemajuan teknologi informasi ke arah yang berguna bagi agama
dan bangsa.
Salah satu di antara
yang berhasil memanfaatkan kemajuan teknologi informasi ini adalah Teungku
Taufik Yacob, guru di Dayah Babussalam Matangkuli Aceh Utara.
Guru dayah yang dalam penelusuran Suara Darussalam mahir Kitab Kuning ini
sejak dua tahun lalu telah membuka halaman khusus di Facebook untuk menampung
pertanyaan-pertanyaan pengguna media sosial paling populer itu seputar persoalan-persoalan
keIslaman berbasis kitab kuning. Halaman ini diberinya nama Konsultasi Kitab
Kuning Dayah dan disingkat dengan K3D.
Dalam pantauan Suara Darussalam, halaman itu cukup
aktif kendati banyak juga pertanyaan yang tidak terjawab. Namun secara umum
diskusi berjalan sangat konstruktif. Ragam pertanyaan penting diajukan oleh para
Facebokers (pengguna Facebook). Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab dilndasi
oleh dalil-dalil ilmiah berbasis kitab kuning yang cukup argumentatif dan
memiliki referensi kuat dari Kitab Kuning yang dikaji di pesantren-pesantren di
Nusantara umumnya dan Aceh khususnya.
Selain Teungku Taufik, pertanyaan-pertanyaan di
sana juga ikut dibantu jawab oleh Teungku-Teungku yang lain seperti Teungku
Daniala.
Jum’at 26 September
2014 Redaksi Suara Darussalam berhasil menghubungi Teungku Taufik Yacob yang
memiliki akun Facebook bernama “Abi Sulthan Tgk Taufik”
Ingin
budayakan berbicara hukum dengan referensi kuat
Misi Teungku Taufik
Yacop sangatlah mulia. Dengan membuka halaman Konsultasi Kitab Kuning ini ia
ingin teungku-teungku dan atau Ustaz-Ustaz membudayakan berbicara hukum dengan
berdasarkan referensi, khususnya terkait hukum Islam.
“Saya ingin
mengupayakan supaya teungku-teungku dayah khususnya dan umumnya aktivis dakwah
dalam menyampaikan persoalan hukum Islam khususnya agar mengacu pada referensi.
Karena selama ini banyak ustaz2 atau teungku yang berbeda pemahaman yang dalam
analisa saya banyak disebabkan karena tidak ada referensi dalam penyampaian
nalar hukum”, ujar Teungku Taufik.
Menurutnya, fenomena ini
sangat berbahaya karena efeknya bisa membuat masyarakat meninggalkan dayah
sebagai salah satu institusi pendidikan yang langsung mengkaji khazanah
keilmuan Islam dari sumbernya yang asli.
Bahkan, kata Teungku
Taufik sekelas MPU sendiri terkadang mengeluarkan fatwa tanpa referensi-referensi
yang kuat seperti fatwa tentang aliran salafi baru-baru ini, padahal sambung
Teungku Taufik lagi, sebenarnya referensi itu ada, hanya tidak disebutkan
karena tidak dibiasakan saja.
“Celah ini sangat
fatal, karena orang-orang yang resistensi terhadap fatwa MPU justru menyertakan
referensi atas bantahan mereka terhadap fatwa MPU walaupun referensi itu telah
diplesetkan sedemikian rupa untuk mendukung pemahaman mereka”, kata Teungku
Taufik lagi.
Hari demi hari,
halaman yang Teungku Taufik kelola semakin aktif dan ramai dengan
pertanyaan-pertanyaan seputar keIslaman, di sini Teungku Taufik menargetkan
agar teungku2 dayah dan aktivis dakwah masuk dalam group ini untuk memberi
pertanyaan- pertanyaan yang mendalam dan ilmiah. Ia juga mengharapkan agar
semakin banyak teungku dayah yang memberi jawaban disertai dengan referensi.
“Jadi forum ini kita
harapkan bisa menjadi sarana untuk melatih diri untuk berbicara dengan
referensi”, ujarnya berharap.
Teungku Taufik
mengakui, selama ini dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Facebokers di
halaman konsultasinya ini ia selalu berusaha membuka kitab-kitab yang membahas
persoalan yang ditanyakan.
“Saya berusaha
menjawab pertanyaan-pertanyaan Facebokers (pengguna media sosial Facebook)
dengan mengutib referensi asli dari kitab-kitab. Ini sangat penting karena bagi
kalangan intelektual mereka sangat membutuhkan referensi asli. Jadi dengan
mengutip referensi ini saya tidak sedang memvonis, melainkan hanya membuka
wawasan berdasarkan referensi kitab, khususnya kitab-kitab mazhab syafi’iyah”,
katannya lagi.
Bisa
mencegah kegaluan remaja
Dengan adanya
ruang-ruang konsultasi Islam di media sosial, menurut Teungku Taufik ini akan
bisa menghadang laju kegalauan remaja Aceh dewasa ini di hadapan kemajuan
teknologi. Sebab, menurutnya, untuk mengentaskan kegalauan para remaja tidak
mungkin kita hindari.
“Jadi yang perlu kita
lakukanh sekarang adalah bagaimana agar facebook dan media sosial lainnya
betul-betul bermanfaat bagi mereka di dunia dan akhirat. Caranya ya dengan
memperbanyak halaman-halaman yang bisa memberikan pencerahan bagi mereka”,
pungkas Teungku Taufik.
Teungku Taufik
berharap, dari jawaban-jawabannya di ruang konsultasi itu selama ini dan serta
tulisan-tulisannya yang lain pada akhirnya bisa ia kumpulkan dan jadikan sebuah
buku. Dan sementara waktu, ia mengaku sedang menyiapkan blog yang beralamat di
konsultasikitabkuning.blogspot.com. disini ia akan kumpulkan tulisan-tulisannya
untuk kemudian ia bukukan. [Zulkhairi]