Peran Dayah dalam Menciptakan Pemimpin
Oleh: Zulkifli, Alumnus STAIN Malikussaleh Lhokseumawe dan Siswa Sekolah Demokrasi Aceh Utara
Dayah adalah
suatu lembaga pendidikan yang mempelajari tentang agama Islam secara mendetial.
Dan dayah tersebut sekarang terbagi dua, yaitu dayah tradisional yang khusus
mempelajari ilmu agama dan kajian-kajian kitab kuning, dan dayah terpadu, yaitu
dayah yang memadukan antara pendidikan umum dan pendidikan agama, sehingga para
santri yang lulus dayah terpadu memiliki dua ijazah, yaitu ijazah dayah dan
ijazah sekolah.
Dewasa ini dayah
sangat berperan dalam mencetak generasi Islam kedepan, sehingga lulusan dari
dayah-dayah akan tercipta alumni yang mampu memahami Al-Quran dan Hadits, yang
nantinya mereka secara langsung dapat mengaplikasikan apa yang diharapkan Quran
dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari.
Seseorang yang
pernah menempuh pendidikan dayah kemudian melanjutkan pendidikan umum atau ke
perguruan tinggi maka dia lebih kamil
(sempurna) dalam disiplin ilmu, karena kewajiban sesorang yang pertama sekali
didunia ini adalah pendidikan aqidah untuk mengenal tuhan, karena siapapun yang
mengenal tuhan maka ia telah mengenal dirinya, kemudian pendidikan fiqh dan
pendidikan agama lainnya, baru pengetahuan-pengetahuan umum yang ia butuhkan
dalam persaingan hidup di era modern dan teknologi.
Dayah
Pencetak Kader Pemimpin
Setiap kita
adalah pemimpin, sekurang-kurang kepemimpinan kita adalah memimpin diri kita
sendiri, yaitu seluruh anggota badan kita agar tidak melakukan sesuatu yang
dibenci Allah Swt, kemudian kita memimpin keluarga bahkan kita menjadi pemimpin
dan wakil bagi rakyat dan masyarakat yang telah memilih kita.
“Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”, (Q. S Al
Baqarah: 30)
“Kemudian
kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka,
supaya kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat”, (Q.S Yunus:
14).
Maka sebagai
manusia kita memiliki peran dalam memimpin, sehingga dalam suatu kelompok
masyarakat harus memiliki seorang pemimpin yang mampu memimpin dan mengarahkan
orang yang dipimpinnya kejalan yang baik dan diridhai Allah Swt, pemimpin juga
mampu menjaga, menasehati dan membimbing oarang-orang yang ia pimpin bila telah
salah jalan.
Kepemimpinan
tersebut tidak akan tercipta sesuai dengan harapan Islam bila sang pemimpin
tidak mempunyai ilmu agama yang memadai, karna dalam Islam sangat jelas
ditegaskan tentang kepemimpinan seseorang.
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”, (Q. S
At Tahrim : 6).
Mustahil seorang
pemimpin atau wakil rakyat yang kita usung untuk menjaga dan memelihara kita
dari api neraka bila ia tak paham hukum-hukum yang ada dalam Quran dan Hadits, oleh
karena itu pemimpin yang ideal di dalam Islam adalah pemimpin yang pernah
menggarap pengetahuan agama di dayah, baru kemudian ia mempelajari ilmu-ilmu
umum penunjang kemajuan jaman dan kepemimpinan secara umum.
Hakikat
kepemimpinan Al-Quran dan Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam sudah
mengatur sejak awal bagaimana seharusnya kita memilih dan menjadi seorang
pemimpin. Menurut Shihab (2002) ada dua hal yang harus dipahami tentang hakikat
kepemimpinan.
Pertama, kepemimpinan dalam pandangan Al-Quran bukan sekedar
kontrak sosial antara sang pemimpin dengan masyarakatnya, tetapi merupakan
ikatan perjanjian antara dia dengan Allah swt. Lihat Q. S. Al-Baqarah (2): 124,
“Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji
Tuhannya dengan beberapa kalimat perintah dan larangan (amanat), lalu Ibrahim
melaksanakannya dengan baik. Allah berfirman: Sesungguhnya Aku akan menjadikan
engkau pemimpin bagi manusia. Ibrahim bertanya: Dan dari keturunanku juga
(dijadikan pemimpin)? Allah swt menjawab: Janji (amanat)Ku ini tidak (berhak) diperoleh
orang zalim”.
Semoga dalam
Pileg yang telah berlalu beberapa hari yang lalu, kita benar-benar memilih
pemimpin seperti konsep Islam, bukan sekedar memilih atau karena ikut-ikutan
atau juga di instimidasi oleh suatu kelompok, karena apapu yang kita pilih
harus kita pertanggung jawabkan dimahkamah Allah Swt, namun setidaknya siapapun
yang kita pilih adalah orang-orang yang sudah kita seleksi dan menurut hemat
kita ia memang sangat layak menjadi wakil rakyat kelak.