Pidato Abu Mudi Seusai Dilantik Sebagai Ketua HUDA
Tgk H. Hasanoel Basry |
Banda Aceh - Seusai dilantik jadi ketua HUDA, Abu Mudi menyampaikan pidato pertamanya di hadapan peserta raker HUDA yang juga dihadiri oleh Wakil Gubernur Aceh, Muzakkir Manaf, Plh Walikota Banda Aceh Illiza Sa'aduddin Djamal dan sebagainya. Berikut isi pidatonya:
Hadirin yang kami mulyakan....
Hari ini saya dan tentunya kita
sekalian kembali mengenang masa lalu, kira-kira 15 tahun yang silam tepatnya
pada tanggal 9 bulan 9 tahun 2009, para senior kita, para yang mulia guru-guru
kita - yang sebahagian di antara mereka telah berpulang ke rahmatullah -
berkumpul, bermusyawarah untuk mencari solusi terhadap berbagai persoalan yang
dihadapi oleh masyarakat Aceh pada masa itu. Keputusan penting yang dilahirkan
pada masa itu adalah pembentukan organisasi yang mengwadahi seluruh dayah yang
ada di Aceh dan diberi nama dengan Himpunan Ulama Dayah Aceh atau disingkat
dengan HUDA.
Keputusan lainnya yang dihasilkan adalah beberapa rekomendasi di
antaranya meminta pihak-pihak yang sedang bertikai pada masa itu untuk
menghentikan segala bentuk kekerasan demi untuk perdamaian dan kenyamanan dalam
masyarakat. Melihat kondisi politik dan keamanan Aceh yang agak memanas
khususnya menjelang pemilu ini, kami pada hari ini kembali meminta kepada
berbagai pihak untuk menghentikan berbagai tindakan kekerasan dalam bentuk
apapun. Pemerintah Aceh dan pihak keamanan harus bertanggung jawab secara
serius untuk senantiasa menciptakan kedamaian dalam kehidupan masyarakat.
Kembali kepada kenangan masa lalu, 10
tahun lebih HUDA telah dipimpin oleh guru besar kita, yaitu Al-Marhum
Al-Mukarram Abu di Panton Labu. Kepergian beliau, telah membuat kita bukan saja
kehilangan seorang guru atau ulama besar, akan tetapi kehilangan seorang tokoh
berpengaruh dari kalangan dayah yang dikenal luas oleh masyarakat secara
nasional karena konstribusi beliau dalam menyikapi berbagai persoalan umat.
Semua kita telah belajar banyak dari gaya, pemikiran dan ilmu yang beliau
wariskan selama hidupnya. Di samping dari itu, selama kepemimpinannya beliau
telah meninggalkan jasa monumental berupa lokasi dan gedung kantor yang megah
dan beberapa sarana lainnya. Semoga apa yang telah diwariskan oleh beliau dan guru-guru
kita lainnya menjadi motivasi bagi kita semua dalam melanjutkan roda organisasi
HUDA ke arah pengembangan yang lebih maju lagi.
Semagat wahdatul fikri dan
wahdatul harakah yang senantiasa menjadi garis politik mereka harus menjadi
pengikat antara sesama kita khususnya HUDA Aceh ke depan dalam rangka
menegakkan tradisi keagamaan di Aceh yang berlandaskan ajaran yang telah
dituntun oleh Rasulullah SAW yaitu ajaran ahlusunnah wal-jamaah.
Hadirin yang kami mulyakan....
Sebagai organisasi ulama, HUDA sekarang ini berhadapan dengan tugas dan
tanggung jawab yang besar, yaitu mengembalikan Aceh kepada negeri adil dan
makmur berdasarkan prinsip yang telah digariskan oleh ulama-ulama salaf
berdasarkan Al-Quran dan Sunnah. Kami katakan tugas besar, karena secara fakta
Aceh sedang pada alur yang agak jauh dari prinsip-prinsip tersebut. Kondisi
Aceh sekarang ini sedang berada pada kondisi yang tidak baik dan memprihatinkan
baik jika ditinjau dari sudut pandang politik, keamanan, ekonomi dan juga
pelaksanaan syariat Islam.
Yang pertama, dari sudut
pandang politik kita melihat dominasi kekuasaan oleh kelompok tertentu telah
mengabaikan kepentingan masyarakat secara lebih luas. Arah kebijakan
pembangunan dengan anggaran luar biasa besar yang bersumber dari anggaran
otonomi khusus Aceh tidak memberikan kesejehteraan masyarakat dalam berbagai
bidang.
Yang kedua, kondisi
keamanan di Aceh sekarang ini juga sudah berada pada kondisi yang
mengkhawatirkan. Tindakan kekerasan dan bahkan pembunuhan terjadi secara
berantai. Kita melihat kondisi ini selama ini sangat minim perhatian khusus
dari kita semua termasuk pemerintah. Tidak ada gerakan-gerakan responsif secara
serius dari pemerintah untuk mengajak semua pihak menghentikan tindakan kekerasan
tersebut. Padahal kondisi ini sangat mengganggu gerakan pembangunan kita.
Berita tentang tindakan kekerasan dan pembunuhan hampir setiap hari menjadi
cacatan berbagai media massa. Kondisi ini pada hakikatnya telah mengganggu
keyakinan orang luar untuk berkunjung apalagi untuk berivestasi di Aceh. Nah,
atas pandangan ini sebenarnya yang mengganggu investor masuk ke Aceh itu
bukanlah syari’at Islam akan tetapi kegagalan kita semua dalam menjamin
keamanan dan perdamaian di negeri darussalam yang kita cintai ini.
Yang ketiga, taraf ekonomi
masyarakat Aceh saat ini juga mengalami perkembangan yang tidak baik. Hal
itu diakibatkan oleh program-program pembangunan dan pengembangan ekonomi yang
dijalankan oleh pemerintah belum begitu menyentuh kepada kebutuhan ril semua
lapisan masyarakat Aceh. Peningkatan ekonomi saat ini lebih kepada
kesejahteraan kelompok-kelompok minoritas atau kelompok tertentu saja. Dari
keluhan-keluhan yang disampaikan oleh masyarakat, terkesan ada pilih kasih
dalam memberikan berbagai jenis bantuan. Apalagi tahun-tahun terakhir ini yang
diistilahkan sebagai tahun politik, banyak bantuan yang diberikan berbasis
kepada konstituen dan suara pemilih.
Bila melihat fenomena yang ada
sekarang, maka seluruh pihak yang berwenang seharusnya jangan pilih kasih
dalam memberikan bantuan peningkatan ekonomi masyarakat. Lebih-lebih lagi untuk
peningkatan ekonomi dayah, terkesan selama ini porsi bantuan yang diberikan
sangat sedikit dibandingkan dengan lembaga-lembaga lainnya, padahal
secara ekonomi dayah sangat harus dimasukkan dalam skala prioritas untuk
keberlanjutan pendidikan agama dalam rangka melahirkan generasi religius yang
akan menjadi sumber daya manusia yang jujur, saleh serta cinta terhadap kedamian
dan kebahagian dunia dan akhirat.
Yang keempat, pelaksanaan
syariat Islam di Aceh saat ini terkesan ada unsur kesengajaan membiarkannya
berjalan ditempat, atau dengan kata lain tidak ada itikat baik dari
penguasa untuk menjadikan syari’at Islam berjalan sesuai harapan
masyarakat Aceh. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai perangkat aturan yang
menyangkut dengan pelaksanaan syariat Islam tidak menjadi prioritas utama dalam
pembahasan, bahkan qanun tentang Jinayat yang sudah ditetapkan oleh DPRA
beberapa tahun lalu tidak ditindak lanjuti secara serius oleh gubernur Aceh
baik pada masa lalu maupun pada masa gubernur sekarang ini.
Hadirin yang kami mulyakan....
Selaku entitas yang diberi tugas
dan tanggung jawab untuk menjaga kemurnian agama di Aceh, kita para ulama harus
terpanggil untuk memperbaiki keadaan. Untuk tujuan tersebut kita harus
senantiasa berusaha dan berdoa semoga Aceh segera keluar dari lingkaran
kemaksiatan dan kezaliman menuju bangsa yang berpihak kepada pengamalan Syariat
Islam secara kaffah yang senantiasa mendapatkan rahmat dan ridha Allah SWT.
Oleh karena demikian, maka kita berharap dan berdoa semoga pada pemilu beberapa
hari yang akan datang akan terwujud pemilu yang baik, jujur dan adil sehingga
dapat membentuk formasi anggota legislatif Aceh yang mengerti dan
berkeinginan untuk menjalankan syariat Islam, dekat dengan
ulama, menyayangi dan punya komitmen kuat untuk mensejahterakan masyarakat,
kuat aqidah, tidak takut kepada intervensi kaum kuffar, taat beragama,
amanah dan memiliki komitmen menjaga ukhuwah Islamiyah di
atas satu landasan keyakinan yang telah diwariskan oleh ulama Aceh masa lalu.
Hadirin yang kami mulyakan....
Menyikapi berbagai permasalahan
yang ada sekarang ini, kami yakin jika Aceh kita biarkan seperti ini terus
menerus maka pada hakikatnya kita sedang membiarkan Aceh ini terjerumus ke
dalam lembah kehancuran. Oleh karena demikian kami menghimbau semua pihak untuk
mengedepankan politik secara damai, aman dan tentram, bukan dengan sistim
kekerasan, pembunuhan, pemukulan, saling menghasud dan menyalahkan antara satu
sama lain. Hal tersebut akan semakin memperkeruh suasana yang ada, serta akan
menciptakan politik yang tidak sehat. Keamanan Aceh secara menyeluruh harus
lebih diutamakan dari kepentingan peribadi atau kelompok. Jangan hanya karena
kepentingan pribadi atau kelompok mengorbankan kepentingan masyarakat secara
umum.
Perdamaian yang menjadi cita-cita
bersama harus tetap dijaga dan dilestarikan. Ekonomi masyarakat Aceh yang sudah
pernah mulai tumbuh dan berkembang pada masa rehab dan rekon pasca tsunami,
jangan sampai ditelantarkan lagi, karena majunya suatu bangsa tak terlepas dari
pengembangan ekonomi yang baik, serta adanya dukungan kuat dari penguasa untuk
turut serta dalam membantu masyarakat mengembangkan seluruh potensi yang
dimiliki oleh mereka baik itu potensi alam maupun potensi sumber daya manusia.
Hadirin yang kami mulyakan..
Salah satu hal terpenting lainnya adalah
perlunya komitmen yang kuat dari seluruh elemen masyarakat Aceh dalam
menjalankan syari’at Islam. Hapuskan ketakutan untuk menjalankan syari’at Islam
dan tanamkan keyakinan dalam dada bahwa Syariat Islam tidak akan merugikan
sipapun. Sudah saatnya Aceh itu memakai payung hukum yang kuat yaitu
syari’at Islam yang diberlakukan secara kaffah, dengan itu Insya Allah Aceh ke
depannya akan menjadi daerah yang dihormati dan disegani kembali seperti pada
masa Sultan Iskandar Muda. Seorang pemimpin Aceh yang memiliki pandangan
luas memberlakukan berbagai kebijakan pembangunan dan keummatan di atas
kepentingan mayoritas. Bukan pemimpin yang hanya melihat kebutuhan dan
kepentingan sebahagian kecil orang-orang yang berada di sekelilingnya.
Akhirnya sebagai kata penutup, perlu
kami sampaikan bahwa sebagai organisasi representatif ulama dayah di Aceh kita
harus tampil ke depan dalam menyikapi berbagai kebijakan publik yang menyangkut
dengan kesejahteraan umat. Jika ada kebijakan-kebijakan pembangunan yang tidak
berpihak kepada kepentingan masyarakat secara umum atau ada kebijakan yang
dapat melemahkan eksistensi syari’at Islam, kita harus mau dan mampu meluruskan
kebijakan-kebijakan tersebut dengan berbagai pendekatan yang sah dan halal.
Kesinergian umara dengan ulama adalah tuntutan Islam, bukan hanya cuma
tuntutan sosial atau politik sebagaimana yang dipersepsikan oleh kelompok
kelompok yang selama ini anti terhadap eksistensi ulama dan anti terhadap
eksistensi Syariat Islam berlaku secara baik di nanggrou yang kita cintai ini.