Mereka Menaruh Harapan Besar pada HUDA
BANDA ACEH - Sesungguhnya masyarakat
Aceh khususnya menaruh harapan begitu besar kepada HUDA agar menjadi organisasi
ulama yang mempelopori perbagai perubahan di Aceh untuk mengembalikan peradaban
Islam yang gemilang. Berikut beberapa harapan berbagai elemen Aceh masyarakat
kepada HUDA yang disampaikan via jejaring sosial Facebook dan lewat Handphone,
Kamis (21/11/2013).
Ulama Aceh Harus Meninggalkan karya Tulis
Kruu seumangat dan beuseulamat, Mubes ini tepat
dilaksanakan saat ini sebelum pemilukada, supaya HUDA memiliki sikap tegas dan
independen. HUDA diatas dan untuk semua golongan, partai, mazhab, dan rahmatan
lil-ummah, sehingga tidak dipolitisir atau "jadi alat politik
kekuasaan". Kredibelitas HUDA perlu ditunjukkan dengan
karya tulis sebagai
"warisan" yang bisa
dibaca oleh generasi selanjutnya, untuk mengantisipasi buku2 (media) yang tidak
mendidik.
Hermansyah, Dosen UIN Ar-Raniry
Ikatan
Penulis Santri Aceh (IPSA) berpandangan eksitensi HUDA mutlak butuhkan. Selama
ini telah kita maklumi bahwa, ormas besar Ulama di Aceh hari ini terbagi kepada
tiga; Majlis Permusyawatan Ulama (MPU) mitra pemerintah, MUNA (Majlis Ulama
Nanggroe Aceh) mitra Partai dan Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) independen.
Dengan power yang dahsyat berupa independensi HUDA layak berfungsi sebagai
sosial kontrol bagi pemerintah, masyarakat dan ulama itu sendiri. Berbicara
Ulama di Aceh tidak lepas dengan Lembaga yang disebut Dayah. Dayah komponennya
antara lain kuriulum, murid, guru, asrama dan kitab. Selama ini kita sudah
fokus mambangun semua itu. Namun, Ulama Aceh yang terhimpun dalam ormas apapun
masih kurang memperhatikan dalam bidang kepenulisan Kitab atau buku. IPSA
berharap kedepan, Ulama yang bernaung di bawah bendera HUDA menjadi pembakar
semangat abu-abu dan tengku rangkang untuk kembali bergelut dalam dunia tulis
menulis. Dengan demikian walaupun ulama itu mangkat ilmu dan pemikiran beliau
bisa diwarisi ke generasi selanjutnya. Dalam kesimpulan lain, jika ulama kita
sudah menulis layaknya Syeikh Wahbah Zuhaili (ulam besar mazhab Syafi’i) maka
kita tidak gusar dan gundah jika beliau dipanggil Allah sang pemilik nyawa.
Ahkirnya mari kita kembali mengingat sejenak kata-kata Khalifah Ali bin Abi
Thalib ra “ Ikatlah ilmu dengan menulis”. Jika menulis itu telah dimulai oleh
sesepuh kita, Abiinaa Allah Yarham Abu Ibrahim Bardan (Abu Panton) dengan
karyanya yang monumental : “Resolusi Konflik Dalam Islam” kenapa kita tidak
mengikuti jejak beliau sang pendiri HUDA.
Tgk
Mustafa Husen, Sekjend Ikatan Penulis Santri Aceh (IPSA)
HUDA Agar Memperkuat Tradisi Islam di
masyarakat
HUDA
sebaiknya lebih fokus dalam mengajari daripada menghakimi. Mengajari pola-pola
Islam secara kekinian, bukan hanya sekedar menjelaskan tentang sebuah dosa. HUDA harus memperkuat tradisi
Islam, seperti: hidup bersih, amanah, tepati janji, menggunakan internet yang
positif, hiburan positif, beretika, ramah, rajin. Agar nantinya islami itu
"milik" semua penganut, bukan terkesan hanya "milik"
teungku, Ust, Abu dll. Pola hidup Islami itu sangat penting dlm bersyari'at.
Mawardi Mento,
Facebokers
HUDA
agar menjadi penasehat penguasa
Ulama
Aceh sekarang idealnya bisa seperti sebagaimana ulama dulu, menjadi penasehat
para pengusa.
Thayeb Loh Angen,
sastrawan dan penulis Aceh
Harapan
kami agar HUDA ke depan betul-betul sesuai dengan kiprah ulama Aceh dulu yang
menjadi panutan dalam masyarakat dan pemerintah. Dulu pemerintah yang datang
kepada ulama meminta nasehat, bukan ulama yang datang kepada pemerintah.
Pemerintah harus melepas ketergantungan berlebihan kepada pemerintah sehingga
pemerintah akan meminta petunjuk dari ulama. Kita juga berharap agar ulama
dengan dayahnya bisa menjadi bagian dari masyarakat, sehingga mampu mentransfer
ilmu kepada masyarakat serta merubah strutur sosial masyarakat ke araha
kehidupan Islam, jadi kiprah ulama dayah bukan hanya did ayah saja. Harapan
seperti ini sesuai dengan syari’at Islam yang ditegakkan di Aceh.
Azhari,
S.Sos, Wartawan LKBN Antara dan Juru Bicara Kaukus Wartawan Peduli
Syari’at Islam (KWPSI)
Tetaplah
Independen
HUDA
jangan terjebak dalam dunia politik, tunjukan independent sebagai pilar utama
mengarahkan dan mewujudkan kemandirian atas mandat visi dan misi lembaga yang
harus dijalankan.
Aryos Nivada, Penulis
dan Pengamat
Tgk.H.Hasanoel Basry (Abu Mudi), Ketua HUDA periode 2013-2018 |
Harus Konsisten Memajukan Dayah
HUDA hendaknya jangan hanya sekedar sebuah
sebuah lembaga yang berfungsi menunjukkan secara formal akan eksistensi ulama
dayah di Aceh, namun diharapkan HUDA harus benar memiliki ide, visi dan misi
yang benar-benar mampu memajukan dan mampu meningkatkkan harga diri
lembaga-lembaga pendidikan dayah di Aceh agar mampu bersaing dalam dunia
pendidikan Nasional bahkan internasional.
Sebagai contoh, seharusnya HUDA harus mampu
membantu mewujudkan beberapa dayah besar sebagai dayah Manyang yang berijazah
setingkat Sarjana strata 1 bahkan strata 2. Atau HUDA mampu memperbaiki
kekurangan-kekurangan
akademis yang ada di dayah seperti kurikulum, atau standar lulusan dayah yang
harus mengerti kitab turas dan perkembangan zaman.
Hal lain yang perlu dilirik HUDA adalah usaha
mengirimkan santri-santri berprestasi ke lembaga pendidikan di luar negeri yang
sama coraknya dengan pendidikan dayah yaitu beraqidah Asyari maturidi dan
bermazhab Syafii seperti Univ. Al-Aqaf Yaman, Rubat Tarim Hadralmaut dan
AlAzhar Mesir. Bukankah kita mengakui bahwa Dayah Aceh kekurangan Ulama pakar
Hadist, tajwid, qiraah, Fiqh antar mazhab, ulumul quran, tarikh Islam dll? Jadi
HUDA harus membuktikan bahwa kehadirannya memang penting dan benar2 berfaedah
bagi Dayah2 Aceh khusunya dan umumnya bagi kaum muslim di Aceh sehingga HUDA Jangan hanya terus melakukan
seremonial2 yang vakum dan kurang penting lainnya. Karena prestasi HUDA
sebenarnya ditandai bukan dengan banyaknya acara, pekerjaan atau serimonial
lainnya, tetapi prestasi HUDA ditandai dengan langkah yang tepat sasaran,
produktif, mendahulukan prioritas dalam meningkatkan SDM Dayah Aceh.
Saran2
di atas saya sampaikan HUDA karena ada hubungan erat antara HUDA dan lembaga
pendidikan Dayah di Aceh juga RTA, karena ulama Dayah yang tergabung dalam HUDA
adalah ulama yang memiliki dayah dan mendidik generasi melalui dayah apalagi
ulama ini dididik di dayah jadi hubungan antara HUDA dan dayah sangat erat.
Mannan
Ismail, Mahasiswa Aceh di Sudan
HUDA
hendaknya dapat memperkuat pendidikan agama Islam lewat memperkuat legalitas
lembaga pendidikan dayah (pondok pesantren) untuk terwujudnya syari’at Islam
secara kaffah di Aceh, karena sudah jelas bahwa dayah adalah bahagian
terpenting yang konsisten berperan sebagai benteng penerapan syari’at Islam di
Aceh.
Drs.
Tgk.Mukhlis Hasan, Kasi Sistem Informasi Bidang PD Pontren
Kanwil Kemenag
Perkuat
Hubungan dengan Turki dan Melayu
Turki
hari ini telah muncul sebagai kekuatan Islam yang diperhitungkan oleh dunia
karena kuat secara ekonomi, pendidikan dan juga militer. Aceh harus melihat
potensi kebangkitan Turki, yang merupakan pusat kekhalifahan Islam dulunya.
HUDA harus memperkuat hubungan dengan ulama dan pemerintah Turki sehingga
memungkinkan membangun kerjasama yang erat antara Aceh dan Turki dalam berbagai
bidang sehingga kemajuan Turki yang selaras dengan nilai-nilai Islam bisa diimpor
ke Aceh secara kuat. Selain itu, Aceh juga memiliki peluang menjadi pemimpin
kebangkitan Islam di dunia Melayu karena memang Aceh merupakan induknya
peradaban Melayu. HUDA bisa mengambil momentum ini dengan cara mengundang para
ulama dan pelajar Melayu untuk melakukan pengkajian-pengkajian di Aceh. Tentu
saja, sebelum itu manuskrip-manuskrip ulama Aceh dulu harus dikumpulkan kembali
di Aceh dan dirawat agar menjadi objek kajian para peneliti dan pelajar Melayu.
Teuku
Zulkhairi, Ketua Departemen Riset RTA