Manifesto ”Suara Darussalam”
Suara Darussalam, Sebuah Mimpi
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Hari ini, di sini, dan dari Majalah Suara Darussalam ini, kita akan
mengawali sebuah rencana besar. Sebuah rencana yang kita harapkan diridhai
Allah Swt. Rencana ini adalah sebuah mimpi besar dan jalan panjang. Mimpi dan
jalan menuju kebangkitan untuk mengembalikan kejayaan Aceh dalam bingkai
Islam.
Mimpi dan jalan panjang ini, akan menemani jalan panjang para ulama dan
orang-orang yang konsisten berjuang di jalan Allah Swt. Mengapa ini jalan
panjang? Karena kita tidak pernah bisa memprediksi, akankah kita bisa memetik
hasilnya? Bukan untuk itu, bukan sama sekali. Kita berbuat bukan untuk berharap
hasilnya.
Kita melakukan ini karena memang itu tugas kita. Kita melakukan ini agar
kelak menjadi pertanggung jawaban kita di sisi Allah ’Azza wa Jalla.
Bukan hal yang sulit bagi Allah Swt untuk mewujudkan mimpi kita dan
merealisasikan semua rencana. Dan ketika suatu saat nanti Islam telah kembali memimpin dunia, hanya
satu harapan kita, yaitu:
“Semoga kita menjadi orang-orang
yang berperan ekstra dalam mewujudkan kejayaan Islam yang dengannya kita berharap sebuah perjumpaan yang
indah dengan Rabb kita”.
Dari Darussalam kita mengawali
Dan dari Darussalam ini, kita akan menyegarkan kembali orientasi, retorika
dan tujuan dari proyek kebangkitan itu yang pernah digagas oleh para ulama dan
intelektual Aceh yang mulia.
Dari tangan kita, para pemuda dengan bimbingan orang-orang tua yang penuh
kebijaksanaan-kita akan melanjutkan perjuangan tersebut.
Kita yang muda, insya Allah akan menjadikan Majalah Suara Darussalam ini
sebagai media perjuangan menuju kebangkitan, dengan bimbingan guru-guru kita
dari Darussalam. Di sini, insya Allah kita akan menulis semua mimpi
kita.
Kami menyediakan ruang bagi pembaca. Di rubrik opini, surat pembaca, dan
seluruh ruang lainnya.
Dari sini, kita akan memberikan pencerahan kepada ummat agar mereka
berbangga dengan keIslamannya, agar mereka menjadikan Alquran dan Hadits
sebagai pegangan dalam mengarungi kehidupan akhir zaman yang penuh dengan badai
fitnah dan cobaan, agar kita tidak akan pernah sesat selama-lamanya.
Di Majalah Suara Darussalam ini, dengan dukungan para ulama dan guru-guru
kita di Darussalam, kita akan menyampaikan kepada pemerintah dan semua komponen
bangsa, ini ajaran Islam. Jadikan ia sebagai pedoman dalam membangun Aceh,
karena Aceh hanya akan berjaya jika dibangun dengan Islam.
Ini bukan hanya retorika, para pendahulu kita telah membuktikannya.
Di Majalah Suara Darussalam ini, kita akan menyampaikan kepada dunia, bahwa
Aceh punya mimpi besar mengembalikan kejayaan yang pernah kita raih.
Ingat, Aceh dikenal karena Islamnya, bukan karena Acehnya. Untuk itu, marilah kita konsisten membangun Aceh bersama Islam..
Catat wahai pembaca yang mulia, bangsa Aceh, hari ini kita telah
menulis, hari ini kita telah menyuarakan mimpi kita, bahwa Aceh hanya akan
bangkit dan berjaya jika dibangun dengan Islam, dengan Alquran dan
Hadits.
Terinspirasi dari Sinar Darussalam
Suara Darussalam, nama ini sejujurnya terinspirasi dari Majalah Sinar
Darusalam yang lahir dari Darussalam dan pernah eksis di Aceh hingga di
penghujung tahun 2000.
Dan Majalah Suara Darussalam, bukan saja tentang Darussalam sebuah kota di
Aceh, tapi juga tentang Aceh Darussalam yang pernah tercatat dalam sejarah
keemasan kita sebagai kerajaan Islam terbesar nomor lima di dunia.
Dan Darussalam, adalah juga tentang sebuah negeri impian, ”negeri yang
sejahtera” yang dikenal dengan Thaybatun wa Rabbun Ghafur.
Akhirnya, kami sampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
mendukung lahirnya media ini. Tak mungkin kita sebutkan satu persatu. Yang
pasti, Allah Swt pasti mencatat siapa saja yang mendukung dan membantu
melahirkan majalah ini.
Khususnya kepada Baitul Maal yang telah mendanai
penerbitan majalah Suara Darussalam edisi cetak ini kami mengucapkan ucapan terimakasih yang tak terhingga.
Kelak, semoga semua itu menjadi amal yang akan memberatkan timbangan amal
kebaikan kita di Yaumil Mahsyar. Aamiiin ya Rabbal ’alamiin.
Selamat membaca...
Koeta Radja, 23 Ramadhan 1434 H/1 Agustus 2013 M