Infaq, Tiket ke Syurga
Ust Mulyadi Nurdin |
Dari
'Adi bin Hatim r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Takutlah
siksa neraka, walaupun dengan cara menyedekahkan potongan kurma."
(Muttafaq 'alaih)
Hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim di atas dengan jelas menyebutkan
hikmah dan pahala yang terkandung di dalam sedekah, malah mengaitkannya dengan
ketakutan dari api neraka.
Artinya
sedekah akan dapat menghindarkan seseorang dari siksaan api neraka di akhirat
kelak, yang merupakan refleksi dari ketakwaan yang dimiliki seeorang, karena
tanpa taqwa tidak mungkin seseorang masuk syurga.
Hadits
di atas menggunakan kata “ittaqu” yang merupakan kata amar dari “ittaqa” yang
bermakna takut, kata kerja ini pula yang sering diidentikkan dengan makna takqa,
misalnya dalam beberapa ayat Al-Quran menyebutkan “ittaqullah” yang berarti
Takwalah kepada Allah.
Hadits
yang sangat singkat di atas didukung oleh ayat Al-Quran dan hadits lain tentang
pentingnya infaq di dalam Islam, misalnya dalam surat Al-baqarah ayat 261,
Allah berfirman:
“Perumpamaan
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai terdapat
seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki.
Dan Allah Maha Luas kurniaNya lagi Maha Mengetahui. “
Dalam
ayat di atas terkandung motivasi kepada kaum muslimin agar mau mengeluarkan
zakat dan infaq di jalan Allah baik infaq wajib maupun sunat, termasuk zakat.
Allah menerangkan bahwa Dia akan membalas dengan berlipat ganda zakat dan infaq
yang dikeluarkan hamba-Nya. Selain itu, Allah SWT juga menjelaskan bahwa harta
yang diinfaqkan tidak akan habis, akan tetapi yang kita makan itulah yang akan
habis.
Pada
ayat ini Allah menjelaskan bahwa harta yang diinfaqkan fii sabilillah akan
dilipatkan gandakan sampai dengan tujuh ratus kali.
Kalau
angka itu dihitung dengan bunga bank, maka harta yang kita infaqkan itu akan
diberi bunga oleh Allah sebesar 70.000 %, yang tentunya tidak ada bandingan
dengan sistem perbankan manapun di bumi ini.
Orang
kafir dalam sistem ekonominya hanya berorientasi pada masalah dunia, akan
tetapi orang Islam berfikir tentang masalah dunia dan akhirat sekaligus. Ketika
kita memberikan zakat dan infaq kita kepada seseorang, maka orang itu akan
mendoakan kita. Apalagi jika yang kita berikan zakat dan infaq itu orang
miskin, lemah dan terdhalimi. Kita tahu bahwa do’anya orang yang terdhalimi
akan mudah dikabulkan Allah SWT.
Oleh
sebab itu kita dianjurkan cemburu kepada orang yang suka berinfaq sebagaimana
sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan Dari Ibnu Mas'ud r.a:
"Tiada
boleh cemburu kecuali pada dua macam manusia, yaitu: seseorang yang dikarunia
oleh Allah akan harta, kemudian ia menafkahkannya pada kebaikan, kemudian orang
yang diberikan ilmu pengetahuan, lalu ia menghukum dengan ilmunya serta
mengajarkannya kepada orang lain." (Muttafaq 'alaih)
Tidak
akan bangkrut
Dalam
sebuah hadits Rasulullah SAW menjelaskan bahwa harta orang yang bersadaqah tidak
akan berkurang, dan kalau kita perhatikan dalam kehidupan di masyarakat, tidak
ada orang yang bangkrut karena ia rajin bersadaqah. Ketika kita berinfaq, maka
Allah memberikan rizki lain bagi kita. Kalau di dunia pun seperti ini, apalagi
di akherat. Kesukaan kita untuk berinfaq bisa kita wujudkan jika kita yakin
pada balasan Allah SWT.
Kita
tidak tahu berapa banyak rizki yang dijatahkan Allah kepada kita, baik berupa
harta benda maupun lainnya seperti kesehatan, umur, dan lain sebagainya, maka
jangan sampai ada persepsi bahwa ‘saya akan berinfaq nanti kalau sudah kaya’,
atau ‘saya akan berda’wah nanti kalau sudah tua’. Kita tidak tahu berapa umur
kita, karena umur dan rizki di tangan Allah.
Tidak
Mengiringi dengan celaan
Membiasakan
diri untuk berinfaq di jalan Allah bukanlah perbuatan ringan. Namun menjaga
agar tidak mengungkit-ungkit infaq yang kita keluarkan, apalagi pada saat orang
yang menerimanya ada masalah dengan kita, adalah perbuatan yang lebih berat
lagi.
Orang
yang suka bersedekah tapi diiringi dengan celaan maka sedekahnya tidak akan
mendapat pahalanya,
Karena
celaan itu akan menghanguskan pahala yang diberikan.
Mengucapkan
Kata Baik
Perkataan
yang baik dan pemberian ma'af lebih mulia dari sedekah yang diiringi dengan
sesuatu yang menyakiti perasaan penerima. Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.
(QS. 2:263).
Allah
swt mengaskan bahwa kalau manusia tidak menyambut perintah Allah untuk
berinfaq, itu tidak menjadi masalah karena Dia Maha Kaya. Kalau kita tidak mau
memberi infaq kepada para fakir dan miskin, Allahlah yang akan memberi mereka
rizki. Dan Allah juga Maha Penyantun, sehingga hendaknya kita menjadi hamba
yang juga penyantun.
Amalan
yang kita lakukan akan membawa dampak kebaikan kepada kita sendiri, dan dalam
pelaksanaannya juga harus bisa memelihara nilai-nilai kebaikan dalam setiap
amal kita, terkait dengan sedekah dan infaq, dianjurkan selalu memberi
sebanyak-banyaknya dengan tetap menjaga harga diri dan martabat orang yang
menerima, namun jika kita tidak sanggup menjaga martabat penerima, maka
perkataan yang baik dan santun jauh lebih disukai Allah daripada tetap memberi
tapi menyakiti hati orang lain.
Karena
sedekah akan menghindarkan manusia dari siksa api neraka, sungguh tidak
berlebihan jika mengatakan bahwa sedekah merupakan tiket menuju syurga.