Balai Ummi, Mempersiapkan Generasi Sejak Dini
“Ramadhan kali
ini terasa lebih istimewa, terutama karena mulai tahun ini kita sudah bisa
menyalurkan santunan untuk anak yatim.”
-- Hasan Basri
M Nur --
Ketua Yayasan
Ummi Gampong Mesjid Aree
SUARA bocah perempuan itu terdengar merdu
saat melantunkan Surat As-Sajadah. Suasana di Mushalla Nurul Iman, di Kompleks
Yayasan Ummi Gampong Mesjid Aree, Kabupaten Pidie, terasa hening. Padahal, di
mushalla berbentuk rumah panggung itu terdapat 65 santri (perempuan dan
laki-laki) serta belasan ustazah. Mereka duduk bersila dalam empat deretan
panjang, mengikuti prosesi khatam Alquran.
Sejurus, para
santri dan ustazah itu serempak membacakan dua ayat terakhir dalam surat As-Sajadah.
Suasana haru langsung menyergap saat seisi mushalla bersujud di depan Alquran.
Mereka kemudian bangkit kembali dan kembali larut dalam prosesi khatam Alquran.
Sore itu, Senin
29 Juli 2013 Masehi, bertepatan 20 Ramadhan 1434 Hijriah, para santri Balai
Ummi mengakhiri kegiatan dan lomba tadarus yang sudah berlangsung sejak awal
Ramadhan. Kegiatan ini dirangkai dengan penyerahan santunan untuk 25 santri
yatim, piatu, dan yatim piatu, serta penyerahan bingkisan kepada 20 ustaz dan
ustazah tetap di Balai Pengajian Ummi.
Prosesi khatam
Alquran ditutup dengan tausiyah yang disampaikan oleh Ketua Ikatan Dai
Indonesia (Ikadi) Cabang Kota Banda Aceh, Tgk Mulyadi Nurdin, serta acara buka
puasa bersama. Sebelumnya, satu santri cilik juga unjuk kebolehannya dalam
berpidato.
Ketua Yayasan
Ummi, Hasan Basri M Nur MAg mengatakan, lomba tadarus dan khatam Alquran
merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan Balai Ummi setiap bulan suci
Ramadhan. “Namun, Ramadhan kali ini terasa lebih istimewa, terutama karena mulai
tahun ini kita sudah bisa menyalurkan santunan untuk anak yatim,” kata Hasan
Basri.
Menurutnya,
proses pendidikan usia dini di Balai Ummi sudah berlangsung sejak tahun 1972,
di bawah asuhan Ummi Hj Nurasyiah binti Muhammad Kasim. Namun baru pada tahun
2006 dikelola secara profesional di bawah payung Yayasan Ummi Gampong Mesjid
Aree.
Pada tahun 2007
Yayasan Ummi mendapat kepercayaan dari Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi BRR
Aceh-Nias untuk menyelenggarakan berbagai lomba dan kegiatan peningkatan
kapasitas anak-anak korban tsunami di barak pengungsi Keunire, Kabupaten Pidie.
Kini, setelah
tujuh tahun berselang, Balai Pengajian Ummi memiliki 184 santri aktif yang
berasal dari berbagai desa di Kecamatan Delima, Indrajaya, dan Mila. Sebanyak
94 santri putra dan 90 santriwati itu belajar di 11 lokal TPA dan TQA, dipandu
oleh 20 ustaz dan ustazah.
“Sebanyak 25
dari 184 santri itu adalah anak yatim, piatu, dan yatim piatu. Sebagian berasal
dari keluarga miskin. Sehingga kita hanya membebankan SPP senilai Rp 10.000 per
bulan pada setiap santri, kecuali santri yatim yang hanya membayar
setengahnya,” kata Bendahara Yayasan Ummi, Aisyaturradhiah M Nur.
Selain dari
iuran wajib santri, beberapa orang tua santri yang mempunyai kelebihan kerap
berinfaq untuk menutup operasional, terutama jerih ustaz/ustazah yang mencapai
Rp 4 juta per bulan. Selebihnya berasal dari zakat, infak, dan sedekah, dari
warga sekitar, serta dari famili dan kolega pengurus Yayasan Ummi.
“Sampai saat
ini kita belum mendapatkan bantuan langsung dari Pemerintah Kabupaten maupun
Provinsi. Tapi Alhamdulliah, Allah membuka jalan sehingga semuanya berjalan
lancar,” ungkap Ummi Aisyaton.
Meski kerap
kesulitan dana, namun Yayasan Ummi terus berkiprah. “Alhamdulillah, beberapa
waktu lalu kita mendapat kunjungan sejumlah warga Malaysia yang kebetulan juga
mengelola kegiatan serupa di sana. Mereka kemudian mengajak bekerja sama,
sehingga jalan kita untuk mempersiapkan generasi Islami semakin terbuka lebar,”
ujarnya.(hayatullah)
===================================
“Yayasan Ummi telah menjalin kerja
sama dengan beberapa lembaga dan perkumpulan kaum ibu di Kuala Lumpur. Setelah
beberapa kali berkunjung ke Balai Ummi, mereka meminta dikirimkan imam dan
penceramah untuk mengisi pengajian mereka selama bulan Ramadhan 1434 H.”
-- Muhammad
Roem Daoed --
Sekretaris
Yayasan Ummi Gampong Mesjid Aree
Maulid,
Tadarus, Hingga Kirim Imam ke Malaysia
SEJAK resmi
berbadan hukum pada tahun 2006, Balai Pengajian Yayasan Ummi Gampong Mesjid
Aree, terus berkiprah dalam mempersiapkan generasi Islami.
Sekretaris
Yayasan Ummi, Tgk Muhammad Roem Daoed, Senin (29/9/2013) mengatakan, selain
pengajian rutin yang berlangsung setiap hari pukul 15.30-16.00 WIB, kecuali
hari Jumat, ada beberapa kegiatan rutin tahunan yang dilaksanakan di Yayasan
Ummi. Semua kegiatan itu bertujuan untuk meningkatkan pemahaman santri terhadap
Alquran, pengalaman, serta kapasitas santri untuk tampil di depan publik.
Tgk Roem
menyebutkan, di antara kegiatan rutin itu adalah, lomba anak shalih yang
biasanya dirangkai dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, lomba tadarus
dan khatam Alquran pada bulan Ramadhan, dan sejumlah kegiatan lainnya, termasuk
latihan menjadi qari dan qariah.
“Dengan ajang
seperti ini, mereka dilatih untuk biasa tampil di depan masyarakat umum.
Sehingga ketika lulus SD dan SMP nantinya, mereka sudah siap tampil di depan
umum dan sanggup bersaing di lembaga pendidikan yang lebih tinggi,” ujarnya.
Ia memberikan
contoh, pada kegiatan lomba tadarus dan khatam Alquran yang berlangsung sejak
awal hingga 20 Ramadhan, para santri Balai Pengajian Ummi dilatih untuk
memperbaiki bacaan Alquran, mencakup tajwid, fasahah, dan makharijul huruf.
Beberapa aspek lain yang ikut dinilai selama kegiatan adalah, akhlak, displin, shalat 5 waktu
berjamaah, Dhuha, Tahajjud, dan puasa.
“Masing-masing kelompok dipilih enam juara, tiga putra dan
tiga putri, serta tiga juara harapan. Sebagai pembangkit semangat, kepada para
juara kita berikan bingkisan dan insentif,” ujar Tgk M Roem.
Pada Ramadhan tahun ini (1434 H/2013 M), selain kembali
melaksanakan lomba tadarus dan khatam Alquran, Yayasan Ummi juga membagikan
bantuan hari raya kepada 25 santri yatim, serta buka puasa bersama dengan para
orang tua santri, unsur pemerintahan gampong dan kecamatan, serta para
donatur.
Tahun ini
pula Balai Pengajian Yayasan Ummi mengirimkan dua imam tarawih dan dai ke
Malaysia. Keduanya adalah RA. Fadhlullah (22) dan Haji Iqbal (23), yang saat
ini juga tercatat sebagai Mahasantri pada Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
Al-Aziziyah, Samalanga, Kabupaten Bireuen.
Tgk Muhammad Roem mengatakan,
pengiriman imam dan penceramah ini adalah permintaan ibu-ibu dari Kuala Lumpur.
“Yayasan Ummi telah menjalin kerja sama dengan beberapa lembaga dan perkumpulan
kaum ibu di Kuala Lumpur. Setelah beberapa kali berkunjung ke Balai Ummi,
mereka meminta dikirimkan imam dan penceramah untuk mengisi pengajian mereka
selama bulan Ramadhan 1434 H,” kata pria yang akrab disapa Abati ini.(hayatullah)