Rektor : Mahasiswa Unsyiah Wajib Bisa Baca Alquran
Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Samsul Rizal (Foto: dok detak Unsyiah) |
Banda Aceh, Suara Darussalam - MAHASISWA Universitas
Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, khususnya yang beragama Islam diwajibkan
mampu membaca Alquran. Unit Pengembangan Program Pendamping Mata Kuliah
Agama Islam (UP3AI) diberikan
wewenang oleh Rektor Unsyiah untuk mendampingi mahasiswa belajar membaca Alquran.
Rektor Unsyiah Prof. Dr. Samsul Rizal, M. Eng mengatakan UP3AI adalah
Program pendamping mata kuliah Agama Islam yang dilakukan selama 2 semester dan
wajib diikuti oleh semua mahasiswa unsyiah dan sebagai prasyarat untuk dapat
mengambil mata kuliah Agama Islam.
Program UP3AI terdiri dari 3 Paket yaitu Program IQRA‘, Program
Praktek Ibadah (PI), Program Mentoring, “Program ini sebagai
salah satu upaya yang kita lakukan sebagai bentuk untuk mendukung pelaksanaan
Syariat Islam di Provinsi Aceh,” ujarnya.
Samsul mengatakan, alumni Unsyiah
harus mampu membaca Alquran dan mengerti sedikit banyaknya ilmu agama, termasuk
tata krama dan akhlak sehingga bisa memberikan contoh ditengah-tengah
masyarakat setelah dilepas dari Universitas Jantong Hate rakyat Aceh itu.
“Setelah di Universitas, mereka ini kan akan mengabdi di tengah-tengah
masyarakat, nah mereka perlu meningkatkan moral dan etika sehingga bisa
diterima dengan baik oleh masyarakat dan menjadi contoh,” lanjutnya.
Samsul menyebutkan UP3AI juga melakukan diskusi-diskusi agama di kampus yang
didirikan pada 2 Juni 1961 tersebut, “Diskusi agama ini dikhususkan bagi mereka
yang sudah mampu membaca al-qur’an dengan baik,” kata Samsul yang merupakan
rektor ke 7 Kampus Unsyiah.
Bahkan Samsul
menyebutkan, pada Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional Mahasiswa 2013 di
Padang 22-29 Juni 2013 lalu, Tim Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) masuk dalam
kelompok tiga besar.
MTQ yang digelar
di Universitas Andalas dan Universitas Nasional Pendidikan Padang itu diikuti
160 universitas dari seluruh Indonesia. Sementara Unsyiah mengirim 23 peserta
dan delapan pendamping. Peserta dari Unsyiah mengikuti cabang tilawah, tartil,
hifzil 1 juz, 2 juz, dan 5 juz, syarhil
Quran, fahmil Quran, debat bahasa Inggris, debat bahasa Arab, serta Lomba Karya
Tulis Ilmiah (LKTI) Alquran.
Selain itu Samsul mengatakan, aktivitas keagamaan lain yang dihidupkan di
lingkungan kampus yang memiliki mahasiswa sekitar 29 ribu orang tersebut adalah
tegaknya shalat lima waktu di Masjid-masjid dan mushalla-mushalla kampus
tersebut, bahkan dua masjid di kampus itu
masing-masing Masjid Jamik Unsyiah dan Masjid Mizan Fakultas ekonomi
juga dilaksanakan ibadah shalat Jumat.
”Kalau masjid Jamik itu sebenarnya masjid Unsyiah dan IAIN, tapi kami ingin
Masjid itu menjadi bagian dari Universitas serta menjadi pusat ilmu pengetahuan
agama Unsyiah, ”ujarnya.
Samsul merincikan ada beberapa Mushalla lain yang aktif melakukan shalat
lima waktu, seperti Mushalla Faultas Tehnik, Mushalla Fakultas Kedokteran,
Mushalla Fakultas Pertanian, selain itu juga Mushalla di FMIPA, Fakultas Hukum,
Fakultas Kedokteran Hewan, Mushalla Fisip dan Mushalla FKIP. “Di setiap prodi juga ada mushallanya dan mereka aktif melaksanakan shalat,
paling tidak pada waktu jam-jam kuliah,”ujar Samsul.
Samsul mengatakan saat Azan dan proses shalat berlangsung dia meminta agar
tidak ada proses belajar mengajar di kampus itu, setiap dosen harus memberikan
waktu kepada Mahasiswa untuk melaksanakan shalat terlebih dahulu. “Kuliah di Unsyiah ini sistemnya adalah
50 menit/jam, jadi setiap satu jam ada istrahat 10 menit, nah itu bisa digunakan
untuk shalat dan istrahat, ” jelasnya. (*)
Cara Berpakaian
Terkait dengan tata cara berpakaian, Samsul menyebutkan Kampus yang
berdampingan dengan Uiversitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry itu tidak mengatur
tata cara berpakaian, asalkan pakaian yang digunakan adalah sopan, namun
menurutnya ada aturan lain yang mengatur tata cara berpakaian, yaitu aturan
syariat Islam yang harus dijunjung tinggi oleh mahasiswa Unsyiah yaitu
berpakaian sesuai dengan syariat, tidak ketat, memakai jilbab dan tidak
bercelana pendek bagi laki-laki.
“Yang ada diaturan kita itu mahasiswa wajib berpakaian sopan, namun kita di
Aceh kan ada aturan syariat yang mengatur lebih lanjut tentang tata cara
berpakaian,” katanya.
Jurusan Ekonomi Islam
Di samping itu Samsul menyebutkan untuk
mendukung Syiar Islam, dalam waktu dekat Unsyiah juga akan membuka program
studi ekonomi Islam, nantinya program studi ini dapat menjadi barometer
dalam pembelajaran konsep dan ekonomi syariah di Provinsi yang menerapkan
syariat Islam ini, “Aceh sebagai provinsi yang menerapkan prinsip syariah dalam
berbagai dimensi kehidupan, tentu harus dibarengi dengan konsep ekonomi Islam,” ujarnya.
Untuk mewujudkan
cita-cita itu dia sudah meminta Dekan Fakutas Ekonomi Unsyiah untuk segera
mempersiapkan segala sesuatunya terkait dengan akan dibukanya jurusan ekonomi
Islam.
Selain itu Samsul menyebutkan Unsyiah saat ini juga menerapkan uang kuliah
tunggal berkeadilan (UKTB) sehingga mahasiswa Unsyiah dituntut untuk bersikap
jujur untuk mengisi data mereka secara benar, sehingga jika ada mahasiswa yang
miskin akan menjadi tugas Universitas mencari beasiswa bagi mereka sehingga
tidak ada lagi mahasiswa yang tidak sanggup melanjutkan kuliah gara-gara tidak
memiliki dana,” berapa uang kuliah yang harus dubayar tentu akan berbeda,
tergantung dari kemampuan orang tua mereka, kalau mereka betul-betul miskin
maka itu menjadi tugas kami mencari beasiswa, kita tidak mau lagi mendengar ada
mahasiswa berhenti karena tidak punya lagi dana untuk kuliah dan ini menjadi
bagian dari proses memberikan keadilan bagi masyarakat”ujarnya. (iqbal)
Lambaga Dakwah Kampus
LDK Fosma
Unsyiah | LDK Mizan Fakultas Ekonomi | LDK Asy-Syifa Fakultas Kedokteran | LDK
Al-Mudarris FKIP | LDK Al-Ihsan Fakultas Pertanian | LDK Ulul Albab FMIPA | LDF As-Siyasah Fisip | LDK FUAT Fakultas
Tehnik | LDK An-Nahl | Fakultas
Kedokteran Hewan